Pelaksanaan perjanjian riset kerja sama internasional diimbau untuk selalu memperhatikan equal benefit sharing, serta diikat oleh rambu-rambu Material Transfer Agreement (MTA) dan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang jelas.
Pengalaman memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia. Bukan saja bagi lembaga riset seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Meskipun telah mempersiapkan segala sesuatu, tetap bisa terjadi kecolongan. Demikian disampaikan dalam konferensi pers di LIPI Jakarta, Rabu (25/4).
Lukman Hakim, Kepala menjelaskan, bahwa riwayat dalam menjalin kerja sama asing sangat panjang. "Hal ini sejalan dengan tanggung jawab LIPI kepada dunia keilmuan karena tradisi keilmuan, sejak awal selalu terkait dengan perkembangan ilmu di tingkat internasional. LIPI sebagai lembaga yang telah memiliki jejaring kerja sama internasional yang luas, telah menimba banyak pelajaran berharga serta pengalaman berinteraksi dengan ilmuwan dari berbagai belahan dunia."
Ia menekankan kembali pentingnya sikap kehati-hatian dan sikap transparan. Peneliti dituntut untuk bersikap jujur, objektif, dan berani menyatakan kebenaran. Serta menyatakan keberatan dengan tegas apabila terjadi pelanggaran atau hal-hal yang akan merugikan Indonesia.
Contoh kasusnya adalah penelitian Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah di Pegunungan Mekongga, Sulawesi Tenggara. Ia menemukan fauna spesies baru hasil penelitian kerjasama dengan University of California Davis. Namun, hasil penelitiannya dipublikasikan sejumlah media dan jurnal ilmiah internasional secara sepihak.
"Bulan Agustus 2011, mulai muncul publikasi di terbitan media massa Amerika Serikat dan tanpa menyebutkan sama sekali baik nama Rosichon sebagai peneliti (co-author) maupun LIPI sebagai lembaga mitra," ungkap Elizabeth Widjaja, yang juga merupakan bagian dari tim peneliti tersebut.
Lukman bertutur, Indonesia merupakan laboratorium bagi megabiodiversity dan cultural diversity. Para penelitilah berperan pemegang kunci laboratorium nusantara. "Kita semua perlu bersama-sama menjaga kekayaan alam Indonesia, sehingga mudah-mudahan hal seperti ini tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang." Biodiversitas menempati urutan pertama topik dalam kerja sama riset internasional pula.
Sedangkan Wakil Kepala LIPI Endang Sukara mengatakan, yang perlu ditingkatkan adalah kesadaran kolektif bangsa. Objek penelitian dan materi-materi yang tersimpan di LIPI bisa menjadi inspirasi untuk ditindaklanjuti oleh pihak industri atau swasta. "Jangan sampai terus-terusan disimpan," lanjutnya.