Sebuah riset terbaru menjelaskan, stres mental yang dialami kaum perempuan ternyata berisiko lebih besar akan serangan jantung. Hasil kajian menunjukkan bahwa selama periode stres mental, aliran darah menuju jantung meningkat pada kaum pria. Namun, pada wanita, kondisi tersebut justru tidak terlihat.
Peneliti berkesimpulan, kaum Hawa menjadi lebih rentan terhadap masalah jantung saat sedang mengalami stres dibandingkan pria. Temuan tersebut akan dipresentasikan pada pekan ini dalam pertemuan Experimental Biology di San Diego, California, Amerika Serikat.
Dalam risetnya, peneliti melibatkan 17 pria dan wanita sehat. Tekanan darah dan denyut jantung partisipan ini diukur pada saat istirahat dan selama mengalami stres mental. Para peneliti menggunakan scan ultrasound untuk mengukur aliran darah partisipan pada pembuluh darah koroner, yang merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jaringan jantung.
Kemudian, peneliti memberikan tes aritmatika kepada para peserta. Untuk meningkatkan level stres, peneliti mendesak peserta studi untuk secepat mungkin menyelesaikan tes tersebut. Peneliti juga menyalahkan setiap jawaban peserta, meskipun jawaban mereka sebenarnya sudah tepat.
Pada saat istirahat, sirkulasi aliran darah pada pria dan wanita menunjukkan beberapa perbedaan. Selama mengerjakan tugas aritmatika tersebut, semua peserta menunjukkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pada kondisi stres, partisipan pria menunjukkan peningkatan aliran darah koroner, tetapi peningkatan justru tidak dialami oleh partisipan perempuan.
"Perbedaan ini berpotensi memengaruhi wanita untuk mendapatkan masalah jantung ketika sedang stres," kata Chester Ray, seorang peneliti yang juga profesor kedokteran di Penn State College of Medicine.
Hasil ini cukup mengejutkan mengingat studi sebelumnya menunjukkan bahwa pria memiliki aliran darah yang lebih rendah ketimbang wanita ketika mengalami stres fisik akibat latihan (olahraga). Temuan baru bisa menjelaskan mengapa perempuan cenderung memiliki masalah jantung lebih setelah peristiwa stres, seperti kehilangan pasangan. Sebuah kondisi yang disebut sindrom patah hati, di mana otot jantung untuk sementara melemah, terjadi hampir secara eksklusif pada wanita.
Hasil riset ini juga menunjukkan pengaruh tekanan mental pada kesehatan fisik. "Mengurangi stres penting buat siapa saja, terlepas dari jenis kelamin," kata Ray. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana stres dapat memengaruhi jantung wanita. Di mana berpotensi menempatkan mereka pada risiko lebih besar terhadap masalah pembuluh koroner.