Tulang Singa, "Primadona" Baru Pasar Gelap Hewan

By Dok Grid, Senin, 30 April 2012 | 23:29 WIB
Singa-singa jantan yang memiliki surai, menjadi lebih panas (Pictures of Cats)

Ironis. Di saat harus berkonsentrasi menghadang perburuan liar atas cula badak dan juga gading gajah, tindakan yang membuat populasi spesies hewan terancam punah itu semakin terdesak, Afrika Selatan kini menghadapi cobaan terbaru. Menurut laporan South African Press Association (SAPA), kini terdapat peningkatan permintaan atas tulang belulang singa.

Untuk itu, Afrika Selatan perlu mendesak adanya peraturan perdagangan yang “layak” dan “bertanggungjawab” atas tulang-tulang singa. Pasalnya, bila tidak ada aturan yang diterapkan, negeri itu akan kehilangan populasi singa mereka di alam bebas, dalam waktu dekat. Apalagi, harian The Star melaporkan, saat ini sejumlah negara-negara di Asia sangat meminati tulang-tulang si raja hutan tersebut.

“Pasarnya ada, kebutuhan atas bagian-bagian tubuh singa juga ada, dan ini akan tumbuh pesat sama seperti halnya pasar bagi gading gajah serta cula badak,” kata Herman Els, Manager of the SA Hunters and Game Conservation Association, Afrika Selatan. “Jika Anda tidak menerapkan perdagangan yang bertanggung jawab, kita tidak akan mencapai kondisi yang kita inginkan,” ucapnya.

The Star menyebutkan, tulang-belulang singa dicari-cari pemburu sebagai pengganti atas tulang-tulang harimau yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional. “Penduduk China yakin ada kandungan medis pada bagian-bagian tubuh hewan ini dan mereka akan terus menggunakannya dalam obat-obatan mereka,” ucap Els. “Jadi jangan heran kalau hewan-hewan ini menjadi komoditas seperti emas, telur, dan ayam,” ucapnya.

Sebagai gambaran, tahun 2011 lalu, para pemburu berhasil membunuh 448 ekor badak untuk diambil culanya di Afrika Selatan. Belum genap tiga bulan di 2012, jumlah badak yang tewas sudah mencapai 109 ekor. Dengan kata lain, tingkat pembunuhan badak mencapai lebih dari satu ekor per hari.

Hal serupa terjadi pada nasib gajah. Dalam dua bulan pertama di 2012, sekitar 480 ekor gajah mati dibunuh oleh para pemburu asal Sudan dan Chad di Taman Nasional Kamerun. Secara formal, petugas memang hanya menemukan 458 bangkai. Namun, angka itu bisa lebih besar lagi karena taman nasional tersebut berukuran 220 ribu hektar dan tidak mudah untuk menjelajah seluruh kawasan taman untuk mendapatkan informasi akurat.