Potensi Karst Indonesia Perlu Dikelola

By , Jumat, 4 Mei 2012 | 11:25 WIB

Ekosistem karst Indonesia cukup luas dan sebarannya merata di seluruh kepulauan. Cakupan 15 juta hektare kawasan karst Indonesia perlu dilindungi dan dikelola dalam langkah terpadu.

Kondisi karst di Indonesia inilah yang menjadi perhatian dalam lokakarya "Ekosistem Karst untuk Kelangsungan Hidup Bangsa" yang diselenggarakan LIPI bertempat di Pusat Penelitian (Puslit) Biologi, Cibinong, Jawa Barat (3/5).

Karst merupakan bentang alam di bawah permukaan (endokarst) dan di permukaan (eksokarst) tanah yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat sebagai akibat proses pelarutan air alami. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Bambang Prasetya menyatakan, mempertahankan fungsi kawasan karst dalam satu kesatuan ekosistem mempunyai pengertian tidak hanya melindungi. Tetapi juga bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada.

Terlaksananya pengelolaan berkelanjutan membutuhkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam dengan terencana, optimal, dan bertanggung jawab. Selain itu, untuk menekan laju kerusakan karst Indonesia, diperlukan wawasan mengenai lingkungan hidup ekosistem karst secara menyeluruh. Termasuk perubahan cara pandang dari semua komponen termasuk para pengambil keputusan.

"Kita mencoba supaya semua satu langkah berjalan bersama," ujar Bambang. "Kawasan karst merupakan salah satu tipe ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Karst, oleh karena memiliki daya dukung rendah, sukar diperbaiki jika sudah rusak," ungkapnya.

Hal ini sama dikatakan salah seorang peneliti karst LIPI Cahyo Rahmadi, karst amat rentan terhadap gangguan aktivitas manusia seperti pemukiman dan pertambangan.Wilayah ekosistem ini menghadapi konflik kepentingan dengan adanya berbagai kegiatan penggalian. Mulai penambangan marmer, semen, fosfat, hingga guano (hasil kotoran kelelawar dan walet yang telah mengalami pelapukan dan dapat dijadikan pupuk kaya kandungan N, P dan K).

Karst juga satu tipe ekosistem yang harus dihubungkan dengan ketersediaan air. Yayuk R. Suhardjono, peneliti bidang zoologi dari Puslit Biologi LIPI menerangkan, skema keterkaitan berbagai macam tipe habitat di ekosistem ini meliputi gua, perbukitan, sungai, dan akuatik seperti danau dan sungai. "Kawasan karst yang tampak kering kerontang, di dalamnya selalu tersimpan cadangan air berlimpah."

Sayangnya selama ini memang pemanfaatan sumber daya alam hayati karst banyak di segi sektoral dan ekonomi yang jangka pendek saja. Karena cenderung sulit meyakinkan para pengambil kebijakan melalui hasil penelitian kekayaan biodiversitas belaka. Padahal, menurut Yayuk, nilai penting keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem tidak cuma sebatas nilai ekonomi, melainkan juga soal keseimbangan ekosistem.

Selain itu, biodiversitas di ekosistem karst tergolong minim diteliti dibandingkan ekosistem lainnya. Belum pula mencakup seluruh area karst yang terdapat di Indonesia. Beberapa yang pernah dilakukan penelitian antaranya kawasan karst Maros-Sulawesi Selatan, karst-karst Sangkulirang-Kalimantan Timur, lalu karst di Jawa dan Madura.

Kepala Puslit Biologi LIPI, Siti Nuramaliati Prijono, mengutarakan bahwa barisan peneliti fauna karst LIPI menjadi perintis bagi penelitian biodiversitas sejak 2002. Pihaknya terus mendukung para peneliti untuk tujuan yang disebutnya sebagai 'science for policy' (ilmu pengetahuan untuk kebijakan).

"Kita bertugas mengungkap kekayaan hayati kita, meski dana terbatas. Penelitian biodiversitas adalah prioritas. Ini menyangkut pula harkat dan nama bangsa di bidang ilmu pengetahuan," tegasnya.