Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Coba Dimunculkan Kembali

By , Jumat, 4 Mei 2012 | 14:34 WIB

Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dinilai mengalami kebekuan saat ini. Justru yang terjadi di Indonesia adalah pengagungan pada konsep pendidikan negara barat yang cenderung eksploitatif dan berorientasi pasar.

Hal ini berbanding terbalik dengan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Ia menerapkan memanusiakan manusia dengan tiga filosofi yang dikembangkan yakni nasionalistik, naturalistik, dan spiritualistik. Demikian disampaikan Ketua Panitia Kongres Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, Kunjana.

“Dunia pendidikan di Indonesia pada akhir-akhir ini mulai mengalami kegamangan. Pasalnya, pendidikan nasional masih mencari-cari model pendidikan kebangsaan yang membangun karakter bangsa. Padahal karakter ini sudah kita miliki,” ujar Kunjana dalam konferensi pers Jumat (4/5).

Kegamangan inilah, lanjutnya, yang menyebabkan cita-cita Indonesia untuk membangun manusia yang merdeka jiwa dan pikirannya mulai kabur. Pendidikan pun hanya dimaknai sebagai teknik managerial sekolah dan menitikberatkan nilai-nilai kuantitatif akademik-kognitif semata.

“Banyak lulusan yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Di antaranya minim rasa kepekaan sosial, rasa kebangsaan, tepa slira,” kata Kunjana.

Sejarahwan dari Universitas Gadjah Mada, Sutaryo pun tak menampik bila pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada barat. Ia mengatakan bahwa konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara perlu dimunculkan untuk mencapai pendidikan ideal sesuai karakter bangsa.

“Salah satu konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara diaplikasikan lewat rumusan Pancasila. Mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar bisa menghasilan manusia berbudaya yang cocok dengan bangsa Indonesia,” katanya.

Kongres Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan akan dilaksanakan di UGM pada 7-8 Mei 2012 dengan pembicara Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan dan Bidang Pendidikan, Gubernur DIY, serta Dirjen Pendidikan Tinggi. Kongres tersebut juga dihadiri oleh beberapa perguruan tinggi baik negeri dan swasta di Indonesia.

Sutaryo yang juga menjadi Ketua Panitia Pengarah mengatakan, rekomendasi yang diharapkan dalam konggres tersebut adalah filofosi pendidikan, ideologi, kebijakan pendidikan, serta aplikasi pendidikan.