Gletser di Greenland Lambat Mencair

By , Senin, 7 Mei 2012 | 15:00 WIB

Kabar gembira. Dari sebuah studi yang dikerjakan selama satu dekade lamanya, diketahui bahwa pencairan gletser di Greenland tidaklah secepat yang diperkirakan sebelumnya. Temuan ini menandakan, kenaikan air laut akan lebih lambat dibandingkan prediksi skenario terburuk.

Proses pencairan gletser sebagian besar bergantung pada seberapa cepat mereka bergerak. Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, gletser ini akan memicu kenaikan tingkat permukaan air laut hingga 0,8 meter di tahun 2100 mendatang. Bukan dua meter seperti estimasi sebelumnya.

Dalam studi, para ilmuwan menggunakan data satelit dari Kanada, Jerman, dan Jepang mulai dari tahun 2000 sampai 2011 lalu. Dari data tersebut, diketahui bahwa gletser terbesar di Greenland, yang berujung di dataran, bergerak cukup lambat, yakni dengan kecepatan sembilan sampai 100 meter per tahun. Adapun gletser yang berujung di lapisan es bergerak jauh lebih cepat, antara 300 sampai 1,6 kilometer per tahun.

“Sejauh ini, secara rata-rata, kita mengalami percepatan sebesar 30 persen dalam sepuluh tahun terakhir,” kata Twila Moon, ketua tim peneliti dari University of Washington. “Gletser yang bergerak cepat melepaskan lebih banyak es dan air lelehan ke samudera, dibandingkan dengan gletser yang bergerak lambat,” ucapnya.

Moon menyebutkan, penelitian ini didorong oleh sangat bervariasinya hasil penelitian terdahulu terkait kecepatan pelelehan gletser Greenland (mulai dari menaikkan 10 sampai 48 sentimeter terhadap peningkatan permukaan air laut pada tahun 2100 mendatang). Untuk itu, kata Moon, ia dan timnya melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut apa yang sebenarnya terjadi. “Kita tidak benar-benar mengetahui secara pasti, padahal kita harus memastikannya jika ingin memahami efek dari perubahan iklim,” ucapnya.

Walau studi memberikan gambaran lebih jelas pada para peneliti terkait bagaimana pergerakan gletser sat ini dan kecepatan pencairannya, banyak pertanyaan terakit bagaimana fenomena itu memberikan dampak terhadap peningkatan permukaan air laut dalam dekade-dekade mendatang.

“Ada bantahan yang menyatakan bahwa penelitian sepuluh tahun ini terlalu singkat untuk benar-benar memahami perilaku jangka panjang,” kata Ian Howat, peneliti dari Ohio State University, yang juga terlibat dalam studi tersebut. “Kemungkinan, masih akan ada kejadian lain di masa depan – titik puncak – yang bisa menyebabkan peningkatan besar-besaran terhadap kecepatan pergerakan gletser,” tambahnya.

Sebagai contoh, kata Howat, bisa jadi gletser besar di kawasan utara Greenland yang belum banyak berubah akan mulai bergerak cepat. “Jika ini terjadi, ia akan meningkatkan ketinggian permukaan air laut secara signifikan,” ucapnya.