Evolusi terjadi sebagai reaksi menanggapi dorongan dari lingkungan luar yang menekan setiap individu tanpa terkecuali, untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, sejumlah ilmuwan meyakini hingga kini manusia masih terus berevolusi. Studi mengenai kelanjutan evolusi manusia ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science secara online, Senin (30/4).
Para ilmuwan meneliti data 6.000 penduduk Finlandia yang lahir antara tahun 1760 hingga 1849. Mereka menganalisis dan membandingkan informasi kelahiran, kematian, pernikahan, dan status ekonomi orang-orang tersebut. Data tersebut dapat mudah diperoleh karena subjek genealogi (penyelidikan dalam genetika terhadap keturunan nenek moyang dari individu) sangat populer di Finlandia.
"Mempelajari evolusi butuh sampel data perseorangan yang besar, yang mencakup seluruh kehidupannya," ungkap salah satu peneliti dari University of Sheffield, Inggris, Virpi Lummaa.
Dari penelitian tersebut ilmuwan menyelidiki hubungan antara pertanian dengan empat aspek penting kehidupan masyarakat: kemampuan bertahan hidup hingga mencapai kedewasaan, kemampuan menemukan pasangan hidup, perkawinan, dan kesuburan masing-masing pasangan. "Kami menemukan fakta bahwa spesies kita masih terus berevolusi, selayaknya semua spesies lain di Bumi yang ada di dalam liar," lanjut Lummaa.
Menariknya adalah ditemukan tingkat kemampuan bertahan hidup (survival) dan tingkat kesuburan (fertility) berada pada tingkat yang sama antara orang yang sejahtera dan orang yang tergolong miskin.
Alexandre Courtiol, peneliti yang ialah ahli biologi evolusioner Institute for Advance Study di Berlin, menambahkan, "Banyak yang mengira faktor kesejahteraan bagaimana pun mungkin bisa 'melindungi' kita dari ancaman lingkungan. Tapi terbukti orang yang yang kaya dan miskin sama-sama memiliki kesempatan bertahan hidup," ujarnya.