Pendidikan Wisata Budaya Yogyakarta untuk Argentina

By , Jumat, 11 Mei 2012 | 13:08 WIB

Dinilai berhasil menjadi ikon pariwisata budaya Indonesia, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dijadikan contoh pendidikan wisata budaya di negara asing. Hal ini mengemuka dalam kunjungan delegasi enam universitas Argentina dalam penjajakan kerjasama pendidikan dengan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (11/5).

Enam universitas Argentina yang hadir berasal dari Universidad Del Gran Rosario, Universidad Abierta Interamericana, Universidad de la Cuenca del Plata, Universidad de Conception del Uruguay, Universidad de Flores, dan Universidad del Este. Kunjungan para delegasi ini dipimpin langsung oleh Dubes Indonesia untuk Argentina, Nurmala Pandjaitan Sjahrir, didampingi Presiden Konfederasi Pendidikan Tinggi Swasta Argentina, Edgardo De Vincenzi.

Edgardo mengatakan wisata budaya yang dikembangkan oleh Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X telah menjadikan DIY sebagai ikon dunia untuk konsep pariwisata budaya. Sehingga pendidikan pariwisata budaya patut dikembangkan untuk pendidikan bagi mahasiswa Argentina yang nantinya akan belajar di UGM.

“Wisata budaya di DIY tidak hanya menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung. Namun, juga mampu menarik minat perguruan tinggi Argentina untuk mengembangkan pendidikan wisata budaya,” kata Edgardo. 

Ia menambahkan, sangat penting untuk memperkenalkan dan mengkombinasikan budaya Argentina dan Indonesia. Hal ini bisa menambah kekayaan budaya di masing–masing negara. Meski demikian, kedua negara tetap menjunjung tinggi kebudayaan aslinya.

Namun, bahasa menjadi faktor penghambat bagi mahasiswa Argentina untuk mempelajari budaya di DIY. Kebanyakan mahasiswa Argentina lebih banyak menggunakan bahasa Spanyol dan jarang menggunakan Bahasa Inggris. Tapi diyakini hal ini akan bisa diatasi secara bertahap.

Dubes Nurmala menuturkan, kerjasama antar perguruan tinggi Indonesia dan Argentina memberi peluang kerjasama pertukaran mahasiswa dan dosen, serta pertukaran profesor dan hasil riset. Bahkan bisa menjadi ajang saling tukar informasi kedua negara. “Kita butuh tukar informasi dari kerjasama ini lewat pertukaran mahasiswa dan dosen. Sekaligus mempromosikan Indonesia di tingkat global,” ujar Nurmala.