Kolaborasi RI-Australia Mencegah Penyebaran Penyakit karena Gaya Hidup

By , Senin, 14 Mei 2012 | 21:13 WIB

Gaya hidup perkotaan seperti konsumsi makanan berpengawet, jarang berolahraga, hingga obat-obatan terlarang, menimbulkan masalah sosial dan kesehatan yang belum pernah ditemui sebelumnya. Masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes bahkan muncul sebagai penyakit utama.

Mengatasi masalah ini tidak cukup dengan hanya sosialiasi kesehatan. Tapi juga dengan penelitian yang berujung pada solusi medis untuk penyakit-penyakit tersebut.

Lembaga Biologi Molukuler Eijkman mencoba melakukan penelitian-penelitian ini lewat kerjasama dengan University of Sydney, Australia. Kolaborasi kedua badan ini akan fokus pada empat penyakit karena gaya hidup: hepatitis, dengue, obesitas, dan infeksi yang baru muncul.

"Penyakit infeksi karena gaya hidup tidak mengenal batas negara. Australia kuat sekali dalam hal eksperimen dan pengembangan model. Sedangkan Indonesia punya lapangan penelitian yang sangat luas," ujar Direktur Eijkman Institute Sangkot Marzuki selepas pengukuhan kerjasama lembaganya dengan University of Sydney di Jakarta, Senin (14/5).

Empat jenis penyakit ini dipilih karena penyebab kematian di Indonesia semakin bergeser dari penyakit-penyakit tropis ke penyakit infeksi karena gaya hidup. Menurut data dari tahun 2009, sepertiga populasi dunia terjangkit hepatitis. Indonesia bahkan menjadi salah satu negara endemiknya, terutama Hepatitis B. Sedangkan sekitar 130-170 juta warga dunia mengidap Hepatitis C.

Virus dengue bahkan menempatkan Indonesia dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara dengan 10.000 kasus di tahun 2011. Lain lagi dengan obesitas sebagai akibat pola makan banyak dan tidak sehat serta diimbangi dengan kurangnya berolahraga.

Gaya hidup perkotaan bahkan menimbulkan penyakit baru seperti H1N1 atau SARS. Kedua penyakit ini sempat membuat kunjungan wisawatan Eropa ke Asia menurun drastis di akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an.

"Di dalam UUD'45, seluruh masyarakat Indonesia punya hak untuk sehat. Tapi hak ini bukan hanya untuk masyarakat perkotaan saja, tapi juga masyarakat di luar perkotaan," ujar Stephanie Short, salah satu profesor dari University of Sydney soal arti penting kerjasama kedua pihak.