Menggerakkan Robot Lewat Pikiran Pasien Stroke

By Dok Grid, Jumat, 18 Mei 2012 | 12:48 WIB
Sophia adalah robot humanoid sosial yang dikembangkan oleh perusahaan yang berbasis di Hong Kong, Hanson Robotics. (Reuters)

Hanya dengan memikirkan mengambil gelas kopi, angkat, dan arahkan ke mulut, seorang perempuan berusia 58 tahun penderita stroke berhasil menyeruput kopi untuk pertama kalinya dalam 15 tahun. Perempuan asal Amerika Serikat ini tidak menggunakan tangannya yang lumpuh. Melainkan menggunakan lengan robot DLR yang dikendalikan dengan sinyal syaraf langsung dari otaknya.

Hal ini bisa dilakukan setelah si pasien -yang tak disebutkan namanya- jadi bagian dari percobaan medis. Hasilnya diumumkan peneliti dari German Aerospace Center bekerjasama dengan Brown University, Departemen Veteran Amerika Serikat, dan Rumah Sakit Massachusetts melalui jurnal Nature, Kamis 17 Mei 2012.

Saat si pasien membayangkan menggerakkan tangan, otaknya mengirim sinyal ke komputer lewat sensor mungil berukuran 4x4 milimeter. Sensor ini sudah ditanam di otak besar si pasien lima tahun sebelum percobaan ini dipraktekkan. Wujudnya berupa lembaran neuron dan berfungsi mengubah informasi multisensor ke bentuk gerakan motorik.

Komputer kemudian memecahkan kode sinyal ini hingga akhirnya ada gerakan yang dieksekusi tangan robot yang memiliki lima jari. Si pasien yang kehilangan kemampuan bicara karena stroke hanya bisa tersenyum saat menikmati kopi pertamanya dalam 15 tahun terakhir. "Ini jadi gerakan emosional untuk semua yang terlibat," ujar pemimpin proyek teknologi robot pembantu DLR, Professor Patrick van der Smagt.

Dikatakan salah satu peneliti DLR, Jorn Vogel, pasien sudah bisa mengontrol sendiri robot bantu sejak April 2010. Itu dilakukan setelah adanya percobaan dengan robot simulasi.

Agar pasien bisa menggerakkan lengan robot, dibutuhkan gambaran dalam otak si pasien sebagai pengendali. Aktivitas otak yang merespon gambaran ini kemudian dicatat untuk membentuk semacam 'peta' antara otak si pasien dengan apa yang akan dilakukan si robot. Peta inilah yang akhirnya menggerakkan robot DLR yang merespon perintah otaknya.