Pada tahun 2012 hingga 2014 mendatang, Kota Yogyakarta siap melaksanakan program rumah bebas rokok. Program ini merupakan upaya penyelamatan lingkungan sekaligus meningkatkan kesehatan masyarakat. Program tersebut telah dimulai sejak 2010 lalu dengan menggandeng Quit Tobacco Indonesia serta Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta Tuty Setyowati, Senin (21/5), menjelaskan pada tahun 2012 baru 15 Rukun Warga (RW) di 14 kelurahan yang sudah mendeklarasikan rumah bebas rokok. "Harapannya di tahun 2014 mendatang, seluruh RW di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta sudah memberlakukan rumah bebas rokok," tambahnya.
Rumah bebas asap rokok adalah kegiatan untuk menghimbau perokok agar tidak merokok di dalam rumah. Gerakan juga ini membiasakan para perokok aktif agar tidak merokok di dalam rumah, di dalam pertemuan, di depan ibu hamil, maupun di depan anak-anak.
Program yang merupakan kesepakatan bersama antar seluruh warga Yogyakarta ini bertujuan melindungi perokok pasif dan juga mendukung Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 diperkirakan sekitar 95 juta orang di Indonesia menjadi perokok pasif. Paparan asap rokok yang dihisap oleh perokok pasif ini terjadi di tempat-tempat umum, tempat kerja, angkutan umum, ataupun di luar rumah.
Titik Susilowati Anton, pencetus ide kawasan bebas rokok di kampung Kelurahan Gunung Ketur, Kecamatan Pakualaman, mengatakan, bahwa program tersebut sangat memberikan dampak positif baik bagi lingkungan maupun kesehatan warganya. Sejak tahun 2006, kampung ini menolak keberadaan asap rokok terutama asap di dalam rumah. Bahkan di setiap pintu rumah, ruang tamu, ruang pertemuan warga, semua ditempeli stiker larangan merokok.
Bermula dari pengalaman pribadi Titik, di mana anggota keluarganya mengalami kanker paru-paru dan payudara, akhirnya Titik berniat untuk melakukan misinya. “Justru anggota keluarga saya yang perokok pasif yang kena dampaknya,” ungkapnya.
Pendekatan persuasif dan personal menjadi andalan Titik untuk mewujudkan kampungnya sebagai kawasan bebas rokok. Pembagian stiker, mengajar dengan papan bahaya rokok, kunjungan ke masing-masing rumah warga, rela dilakukannya sendiri untuk keberhasilan misi.
"Lambat laun warga menyadari bahwa merokok membahayakan kesehatan. Ada beberapa warga yang kebetulan adalah perokok pasif terkena penyakit kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Tak sekedar itu, kasus kematian karena asap rokok pun terjadi di sana," ujar Titik.
Kesadaran untuk tidak merokok justru datang dari perokok pasif yang terdiri dari para ibu. Mereka selalu mengingatkan suaminya ketika akan merokok di dalam rumah. Budaya ini berhasil, hingga kaum suami pun mengurangi kebiasaan merokoknya.