Bukti-bukti di alam membuktikan jika aset alami Bumi jauh lebih baik jika berada di bawah kontrol masyarakat lokal. Penanganan dengan kearifan lokal juga menjamin keberlangsungan hutan, air, tanah, dan sumber daya alam lainnya.
Selain itu, kebijakan masyarakat yang akrab dengan alamnya mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan lingkungan aman di area rural maupun urban. Demikian pendapat yang disampaikan Direktur The International Institute for Environment and Development (IIED), Camilla Toulmin, dalam makalah yang disusun menyambut Rio Summit (Rio 20+), di Brasil, 20-22 Juni 2012 mendatang.
Menurut Toulmin, ada tiga aksi yang harus dilakukan para pemimpin negara-negara di dunia untuk bisa melakukan pembangunan berkelanjutan. Mengembalikan aset pada kearifan lokal jadi satu dari tiga cara tersebut. "Saat Pemerintah mengakui hak dan pengaturan dari komunitas lokal, itu sama saja dengan menyetujui keputusan berjangka panjang dan manajemen berkelanjutan dari aset-aset penting," kata Toulmin.
Cara kedua, tambah Toulmin, adalah dengan penilaian realistis antara untung-rugi biaya lingkungan. Nilai yang ada sekarang ini cenderung tidak seimbang dan hanya menggunakan pendapatan domestik bruto (PDB) sebagai patokan. Padahal PDB dianggap tidak mewakili kesejahteraan manusia dan bisa menutupi pembangunan yang tidak berkelanjutan.
"Langkah pertama dan terpenting adalah meningkatkan harga karbon dan mengakhiri subsidi bahan bakar fosil," kata Toulmin.
Cara terakhir adalah dengan memperkuat ketahanan dengan cara penetapan kebijakan berjangka panjang. Atau dengan menetapkan aktivitas ekonomi beragam. Ini untuk mencegah adanya dampak guncangan ekonomi dan sosial yang saat ini rentan sekali terjadi. "Suplai energi desentralisasi, pendekatan baru untuk mengatasi padatnya penduduk, atau model bisnis yang berbeda, jadi penghalang untuk mencegah guncangan yang biasanya menghantam komunitas," kata Toulmin lagi.