Biodigester dari Kotoran Sapi

By , Kamis, 31 Mei 2012 | 14:14 WIB

Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan biodigester ternak sapi sebagai bentuk pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Biodigester ini menghasilkan biogas untuk memasak dan penerangan lampu yang dikelola dengan pendekatan ekonomi hijau.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, di sela-sela pemberian bantuan biodigester di Provinsi Kulonprogo, Yogyakarta, Kamis (31/5). Ia menjelaskan selama ini limbah sapi belum dikelola dengan maksimal. Dengan penerapan biodigester ini limbah sapi yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomi, bisa mendatangkan penghasilan dan lapangan kerja.

"Konsepsi ekonomi hijau dapat dilihat dari sistem biodigester yang menghasilkan biogas ini. Permasalahan lingkungan apabila dikelola dengan pendekatan ekonomi hijau akan meraih manfaat ekonomi dan juga sosial," kata Balthasar.

Ia memberikan contoh, di Provinsi DIY, sepanjang tahun 2010-2011 ini telah mengembangkan teknologi biogas di beberapa sentra ternak sapi di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2009, potensi biogas dari ternak sapi perah dan potong diperkirakan mencapai 49,4juta m3/tahun. Atau setara dengan LPG 22,7 juta kg/tahun bernilai Rp113,6 miliar. Sementara itu, jumlah penurunan beban pencemar sebanyak 8.086,9 ton/tahun.

Menurut Menteri, manfaat tersebut belum memperhitungkan penjualan kompos yang berkualitas tinggi yang dihasilkan oleh biodigester. Serta pengurangan penggunaan kayu bakar yang berdampak pada penurunan pencemaran udara dan kesehatan masyarakat. "Kami berharap dapat mengembangkan teknologi ini di beberapa daerah sentra sapi di Indonesia," tambahnya.

Deputi MenLH Bidang Pengendalian Pencemaran Karliansyah menambahkan, pengembangan biodigester ternak sapi ini merupakan salah satu implementasi visi kebijakan energi Indonesia tahun 2025. Yakni pemanfaatan enegri baru dan terbarukan sebesar 25 persen dari keseluruhan energi yang tersedia.

"Kami sudah memberikan bantuan di beberapa daerah di Indonesia. Harapannya bisa direplikasi oleh stakeholder yang terkait dalam pengelolaan lingkungan hidup, pengembangan usaha mikro dan kecil, serta pengembangan energi baru dan terbarukan," ujar Karliansyah.