Asap Rumah Tangga Lebih Berbahaya dari Rokok

By , Jumat, 1 Juni 2012 | 16:45 WIB

Memasak dengan cara tradisional menggunakan kayu bakar lazim ditemui di Indonesia. Menggunakan kayu, api, dan corong bambu, memasak dengan cara ini dilakukan secara turun-temurun. Biasanya dilakukan di dapur tradisional. Tak ada tembok permanen atau pun lapisan semen di lantai. Hanya berupa tanah yang rajin dijaga kebersihannya.

Namun, cara memasak seperti ini ternyata mengundang bahaya kesehatan serius bagi pelakunya. Asap pembakaran yang tidak sempurna dari kayu bisa menyebabkan kanker paru-paru, kebutaan, jantung, bahkan pengaruh kognitif pada anak.

Anak disebut juga menjadi korban karena biasanya mereka diajak oleh si ibu ketika memasak. Demikian disampaikan Kirk R. Smith, Direktur Kesehatan Global dan Program Lingkungan Kesehatan Masyarakat, University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Dikatakan Smith, bukan kayu sebagai penyebab utama masalah kesehatan ini. Melainkan pembakarannya yang tidak sempurna. "Memang kelihatannya masalah alami. Tapi banyak masalah disebabkan oleh hal alami. Malaria, gempa, gunung api, semua masalah alami," kata Smith dalam kuliah umum di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Depok, Kamis (31/5).

Asap yang melayang di sekitar si ibu dan anak, dikatakan Smith, sama dengan bahaya rokok. Malah, risiko kesehatannya lebih besar karena jumlah asap yang dihasilkan lebih besar dan menguap ke ruangan yang menaungi mereka.

"Senyawa rokok dan asap rumah tangga ini hampir sama. Asap dari rumah tangga sama ibaratnya dengan membakar seribu rokok di dapur mereka tiap jamnya," tambah Smith.

Penggunaan kayu sebagai bahan bakar dapur di Indonesia mencapai 40 persen, dengan mayoritas di Pulau Jawa. Jumlah ini nyaris menyamai jumlah di India yang mencapai 50 persen. Sebagai data betapa berbahayanya ini, jumlah partikel akibat polusi rumah tangga di India sepuluh kali lebih tinggi dari standar kesehatan WHO. "Polusi rumah tangga membunuh dua juta manusia tiap tahunnya," tambah Smith lagi.

Sayangnya, belum ada solusi untuk masyarakat Indonesia yang sudah biasa menggunakan kayu bakar karena alasan ekonomi. Mengingat bahan bakar lain seperti minyak tanah sudah tidak lagi disubsidi Pemerintah. Gas elpiji pun belum merata penyebarannya di Indonesia.

Meski demikian, dikatakan Budi Haryanto sebagai Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI, masyarakat di pedalaman Tanah Air harus mengerti bahaya yang mengancam dari asap ini.  Asap, baik dari rumah tangga mau pun dari kebakaran hutan, menjadi masalah lingkungan besar bagi Indonesia.