Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tak Terelakkan

By , Senin, 4 Juni 2012 | 22:54 WIB

Untuk memenuhi kebutuhan energi yang berkesinambungan, sejumlah negara telah menggelar pembangkit-pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Beberapa negara yang belum memiliki instalasi nuklir, kini tengah mempertimbangkan untuk membangunnya, termasuk Australia.

Menurut Barry Brook, peneliti dari University of Adelaide, Australia, jika negaranya serius untuk memangkas emisi karbon, tampaknya pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir tak dapat dielakkan.

Tetapi, kata Brook, jika pemerintah memutuskan untuk memanfaatkan nuklir, mereka harus fokus untuk mengembangkan teknologi nuklir generasi baru yang menyediakan keamanan, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan juga lebih menguntungkan dari sisi biaya. “Seperti diketahui, batu bara, minyak, dan gas alam merupakan penyebab utama pemanasan global yang berlangsung belakangan ini,” kata Brook.

“Dalam dekade-dekade mendatang, penggunaan bahan bakar fosil ini harus diganti sepenuhnya dengan sumber energi berkesinambungan jika kita ingin menghindari dampak serius dari perubahan iklim,” ucapnya.

Saat ini sebenarnya sudah ada teknologi nuklir berkesinambungan yang bisa digunakan yakni Integral Fast Reactor (IFR). Sayangnya, meski kalangan ilmiah telah mengetahui manfaat dari pembangkit listrik tenaga nuklir berbasis IFR selama beberapa tahun terakhir, tak satupun PLTN berteknologi ini digelar.

Salah satu alasan tidak digelarnya PLTN berbasis IFR adalah industri tidak berani mengambil risiko terlalu besar dengan menggunakan teknologi baru. “Padahal, ini merupakan peluang yang dilewatkan oleh Australia dan juga negara-negara lain di dunia,” ucap Brook.

Integral Fast Reactor jauh lebih efisien dalam mengekstrak energi dari uranium. Ia juga bisa menggunakan limbah nuklir yang ada saat ini sebagai bahan bakar, menghasilkan limbah dalam jumlah yang lebih kecil dan tidak perlu mendapatkan isolasi geologi. Serta bisa dioperasikan dengan biaya lebih murah tetapi memiliki tingkat keandalan tinggi. “IFR juga lebih aman dibanding reaktor nuklir biasa karena menggunakan sistem pasif berbasis hukum fisika,” ucap Brook.

Di Australia, Brook memprediksi, pembangkit listrik tenaga nuklir akan mulai beroperasi pada tahun 2030 mendatang dan menghantarkan 3 gigawatt energi ke jaringan listrik nasional. Tahun 2100, akan ada pasokan listrik sebesar lebih dari 100 gigawatt dari PLTN yang dapat menggantikan penggunaan minyak dan gas.