Konsep Sederhana Ramah Lingkungan di Bali: Bambu

By , Rabu, 13 Juni 2012 | 12:31 WIB

Bambu, pohon yang mudah dijumpai di Asia, dikenal sebagai bahan pengganti beton dan baja dalam sebuah konstruksi. Sifatnya yang kuat, ringan, dan murah menjadi simbol untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Dengan karakteristik ini, warga di Pulau Bali menjadikannya sebagai simbol dari pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini sekaligus jadi contoh penerapan alternatif ramah lingkungan. Sekolah, villa mewah, bahkan sebuah pabrik coklat telah memulai menggunkan bambu sebagai bahan dasar bangunan dan kekuatannya sudah teruji.

Tahun lalu, sebuah pabrik yang memproduksi coklat dan mentega dibangun dengan menggunakan bahan dasar bambu. Bukan hanya pabrik, tetapi juga rumah dan perkantoran juga akan dibuat dari bambu di pulau Bali.

Bangunan bambu ini didirikan di Desa Sibang Kaja yang terletak antara Denpasar dan hutan-hutan di daerah Ubud. Pabrik khusus makanan, Big Tree Farms, mengklaim bahwa bangunan ini  sebagai bangunan komersial terbesar di dunia yang terbuat dari bambu dengan luas bangunan 2.550 meter persegi. "Bambu tak tertandingi sebagai bahan bangunan yang berkelanjutan. Manfaatnya luar biasa," kata Ben Ripple pendiri Big Tree Farms.

Bambu tumbuh lebih cepat daripada kayu dan tidak merusak tanah. Dengan demikian bambu akan lebih mudah beregenerasi. Bangunan bambu ini juga praktis, dapat dibongkar pasang, sehingga saat sewaktu-waktu berencana untuk pindah ke suatu tempat, tidak menjadi masalah.

"Bambu tumbuh jauh lebih cepat daripada kayu dan tidak merusak tanah itu tumbuh. Pabrik kami dapat berkemas dan pindah dalam satu hari saja. Jadi jika kita memutuskan untuk menutupnya satu hari, kita tidak akan merusak sawah yang kita duduki," kata Ripple.

Selain pabrik coklat, di dekat Sibang juga terdapat sekolah ramah lingkungan. Sekolah yang dibuka tahun 2008 ini memiliki 240 siswa yang kebanyakan anak-anak ekspatriat. Konsep sekolah ini yaitu semi outdoor, di mana ruang kelas mereka dihiasi dengan peralatan yang terbuat dari bambu.

Menurut Terry Sunderland, ilmuwan di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional di Indonesia, salah satu alasan bambu ramah lingkungan adalah kecepatan di mana dia tumbuh. "Di China, kayu putih dapat tumbuh pada tiga sampai empat meter per tahun, cukup mengesankan untuk kayu. Tapi bangunan berkualitas bambu akan tumbuh enam sampai sepuluh meter di waktu yang sama," katanya.

Tidak seperti pohon yang jarang tumbuh kembali setelah ditebang, bambu akan terus menghasilkan tunas baru bahkan setelah pemotongan. Jules Janssen, seorang peneliti bambu di Belanda, mengatakan bahwa berat gajah 5.000 kilogram dapat ditopang oleh sepotong bambu pendek dengan luas permukaan hanya 10 sentimeter persegi.