Tenun Nusantara Diganjar Nominasi UNESCO Awards 2012

By , Senin, 25 Juni 2012 | 10:41 WIB

Di antara riuhnya kabar menyoal kedaulatan tari Tor-tor, masyarakat Sumatra Utara melakukan penegasan keberadaan kebudayaan mereka di mata dunia. Even bertajuk Tribute To Sisingamagaraja menjembatani publik kepada salah satu keindahan seni dan buah karya masyarakat Tapanuli, yakni tenun Ulos.

Selama tiga hari (22-24 Juni 2012), perhelatan Tribute to Sisingamangaraja digelar di Medan International Covention Center (MICC) yang merupakan bagian dari Santika Premiere Dyandra Hotal & Convention Medan. Sebagai wujud apresiasi dari kebudayaan tenun Ulos, sebanyak 200 kain ulos dan kebaya kuno multietnis dipamerkan.

Tidak hanya produk yang sudah rampung, di acara ini juga dipertunjukkan demo menenun. Petenun khusus didatangkan dari desa tenun Ulos Batak yang tersebar di penjuru tanah Tapanuli. “Ulos memendam banyak sekali nilai-nilai peradaban masyarakat Batak. Keberadaannya menunjukkan berbagai pesan: mulai dari fungsinya sebagai penanda tingkatan di masyarakat hingga fungsi busana yang cantik dan penuh karakter,” papar Torang Sitorus, pegiat Ulos sekaligus penggagas acara Tribute To Sisingamangaraja.

Berkat kreasi Torang pula, Ulos masuk menjadi salah satu nominasi UNESCO Awards 2012. Pada malam pembukaan acara tanggal 22 Juni 2012, di MICC digelar pertunjukkan seni yang terdiri dari operet Batak, pagelaran busana Ulos dan penggalangan dana.

Pembukaan dihadiri deretan tokoh Batak, penggawa komunitas, dan tokoh lainnya. Malam berlangsung semarak dengan iringan musik tradisional Gondang Batak pada setiap sesinya. “Kini saatnya Ulos juga mendapatkan perhatian dunia, sama seperti kain-kain lainnya di Nusantara. Kecintaan terhadap budaya harus diawali dengan langkah nyata pelestariannya,” jelas Torang Sitorus.