Kasus pengerdilan gajah purba di Pulau Flores, menjadi tema menarik yang hingga saat ini belum terjawab seutuhnya dengan memuaskan.
Kawasan lembah Cekungan Soa di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur adalah surga bagi kawanan stegodon atau gajah purba. Para ahli mengatakan, stegodon yang ditemukan di Flores merupakan spesies gajah purba paling kerdil di Indonesia.
Paleontolog yang pernah memimpin penggalian pada Cekungan Soa, Fachroel Azis, berteori bahwa di suatu pulau terisolasi dan sumber makanan terbatas, mungkin saja fauna mamalia akan mengerdil. Ia menerangkan, "Di Flores terdapat stegodon yang kecil, Stegodon sondaari. Serta stegodon yang besar, Stegodon florensis. Namun yang besar pun jika dibandingkan dengan gajah yang berada di Jawa Stegodon trigonocephalus, masih kalah besar."
Uniknya, masih berdasarkan Fachroel, saat gajah mengerdil, spesies dari golongan reptilia seperti komodo malah membesar. Sebab di pulau hampir tidak ada predator tandingan.
Geolog dan paleontolog dari Universitas Wollongong Australia, Gert van den Bergh, yang yang mendalami penelitian stegodon di Cekungan Soa mengajukan hipotesis lain, gajah purba di Flores menjadi kerdil akibat adaptasi kondisi pulau. Menurut Gert, di pulau yang kecil tidak diperlukan juga badan terlalu besar karena tak ada pemangsa seperti harimau.
Sebagai pulau gunung api yang muncul dari dasar laut, Flores terisolasi sejak jutaan tahun silam. Bahkan tatkala permukaan air laut di tingkat terendah pada masa Oligocence (20 hingga 30 juta tahun lalu), daratan Flores tetap terkepung lautan.
Dan secara umum, sifat dari sebuah pulau yang terisolasi adalah miskinnya biodiversitas. "Jumlah spesies yang ditemukan di Cekungan Soa pun terbatas karena sejak lama Flores adalah pulau yang terisolasi dari dataran besar."
Tidak ada jembatan darat yang menghubungkannya ke daratan di Asia atau Australia. Kondisi Flores ini berbeda dengan di pulau-pulau besar Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan yang secara periodik terhubung dengan daratan utama.