Dongeng "Bawang Merah dan Bawang Putih" menjadi cerita menjelang tidur yang akrab dengan masyarakat Indonesia. Cerita rakyat yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta ini mengkisahkan dua orang gadis kakak beradik tiri yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Sifat ini makin mengemuka dengan perlakuan ibu tiri yang bersikap tak adil dan pilih kasih.
Meski "hanya" cerita rakyat, dongeng ini menanamkan kisah moral yang sangat kuat. “Jangan menilai orang dari rupanya, kadang penampilan tidak menunjukkan kebaikan.” Demikian salah satu lirik lagu Teater Musikal Anak Bawang Merah Bawang Putih yang dipertunjukkan Kamis (28/6), di Balai Kartini, Jakarta.
Pertunjukkan ini merupakan bagian dari Kampoeng Anak Indonsia (KA-IN) yang mencoba mengenalkan akar budaya beberapa adat Indonesia. Acara ini berlangsung di Balai Kartini, Jakarta, mulai pada 29 Juni hingga 1 Juli 2012.
Khusus untuk Teater Musikal Anak Bawang Merah Bawang Putih, disutradarai oleh Adjie N.A., serta Dedi Koswara dan Tiara Josodirdjo sebagai produser. Penulis naskah Mima Yusuf mengemas dialog dengan baik dan disisipi humor segar yang mengundang tawa.
Lagu-lagu yang dilantunkan oleh para pemain merupakan hasil karya musisi handal seperti Ifa Fachir, Mhala ‘Numata’, dan Ava Victoria. Paduan kreativitas ketiganya mampu mengemas lagu dengan nuansa Indonesia yang kuat namun disisipi sentuhan musik ala Disney.
Di antara ke-17 lagu yang ditampilkan, terdapat lagu daerah seperti Gundul Gundul Pacul dan Cublak Cublak Suweng, serta lagu anak klasik Indonesia yakni "Lagu Gembira" ciptaan Ibu Soed yang diaransemen ulang secara apik.
Teater musikal yang menampilkan koreografi tataan Yosep Priantoro ini berdurasi dua jam dengan pemeran utama Aimee Saras, Mickey Octapatika. Eriska Rein, dan Angel Simbolon.
Jangan menilai orang lain hanya dari rupanya, jangan serakah, dan kita harus rajin serta suka menolong merupakan tiga pesan moral yang ingin disampaikan pada cerita teater musikal ini. Pertunjukan ini ditutup dengan standing applause dari penonton.