Perajin Batik Bertukar Ilmu dengan Perajin Kimono

By , Jumat, 6 Juli 2012 | 11:20 WIB

Hubungan kerjasama antara Yogyakarta dan Kyoto Jepang sejak 27 tahun lalu dalam persahabatan sister province ternyata menghasilkan produk budaya yang menguntungkan. Salah satunya adalah kain batik Yogyakarta menjadi bahan baku pembuatan Kimono di Jepang.

Tak hanya itu, perajin Yogyakarta pun mendapatkan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas batiknya. Ketua Panitia Jogja Japan Week 2012 Fitriani Kurodo menceritakan, perajin asal Yogyakarta mengikuti bagaimana proses pembuatan kimono di Kyoto.

Dari situ mereka mempelajari cara mewarna kain sehingga tidak mudah luntur serta bagaimana menjaga keawetan kain selama 100 tahun seperti kimono. Cara ini lalu digunakan oleh perajin Yogyakarta untuk meningkatkan produk batik agar memiliki kualitas yang lebih baik.

”Sekarang perajin sudah mempraktekkan secara mandiri tanpa lagi perlu didampingi,” kata Fitriani dalam acara Jogja Japan Week, di Yogyakarta, Kamis (5/7).

Jogja Japan Week adalah even untuk memperkokoh hubungan kerjasama Jogja-Kyoto dalam persahabatan sister province. Jogja Japan Week 2012 ini diselenggarakan sejak tanggal 5-8 Juli 2012 di Jogja National Museum. Dalam acara tersebut, pengunjung dapat menikmati empat musim Jepang serta belajar budaya Negeri Sakura .

Diceritakan oleh Fitriani, hubungan kerjasama produk batik ini dimulai sejak tahun 1994. Saat itu, putri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Pembayun, menawarkan sutra emas yang tidak terdapat di Jepang. Oleh perajin di sana,sutra emas ini kemudian dijadikan bahan untuk kimono yang dijual dengan harga Rp20 juta.

“Kerjasama dalam pendidikan juga menunjukkan keberhasilan. Kyoto membuka beasiswa luar negeri sebanyak 6.500 mahasiswa. Pemerintah Kyoto berharap kuota 30 persennya dapat diisi warga Yogyakarta,” tambahnya.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyambut baik hubungan persahabatan sister province ini. Persahabatan tidak hanya menyangkut soal pemerintah, melainkan juga mencakup bidang kebudayaan, pendidikan, usaha, dan cagar budaya. Sultan berharap kerjasama tersebut dapat diperkokoh hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat .

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY GBPH Yudhaningrat berharap, dengan adanya sister province ini masyarakat dapat meniru hal baik dari Jepang yakni sisi managerialnya.”Dalam melihat masa depan mereka kokoh karena didasari oleh nasionalisme,” tuturnya.