Anjing Mampu Depresi dan Berduka Seperti Manusia

By , Senin, 9 Juli 2012 | 11:45 WIB

Hubungan akrab antara manusia dan anjing sudah berlangsung sejak sekitar 15 ribu tahun lalu saat manusia purba dan nenek moyang anjing masa kini bersama-sama menjelajahi permukaan bumi. Eratnya jalinan hubungan ini membuat anjing pun merasakan duka cita jika mereka berpisah dengan manusia yang sudah menjadi sahabatnya.

Contoh terbaru yang tengah marak dibicarakan di dunia maya adalah Hawkeye, seekor Labrador retriever hitam yang merupakan anjing kesayangan Jon Tumilson, seorang tentara Navy Seal yang belum lama tewas di Afghanistan. Bagi Tumilson, Hawkeye merupakan bagian penting dari hidupnya. Dan ternyata demikian pula peran Tumilson dalam hidup Hawkeye.

Saat Tumilson akan dikebumikan, Hawkeye berbaring lesu di sisi peti jenazah. Dengan wajah sendu sia mengikuti seluruh prosesi pemakaman. Namun, menurut pakar dunia hewan, perilaku Hawkeye bukanlah hal yang aneh karena anjing umumnya berduka cita saat kehilangan sahabat favoritnya, baik manusia ataupun sesama hewan serumah.

“Berduka merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh anjing, sama seperti manusia,” kata Sophia Yin, pengamat perilaku hewan asal San Francisco,  Amerika Serikat. “Anjing juga merasakan takut, gembira, sedih, marah, dan juga punya sifat posesif,” ucapnya.

Anjing yang berduka cita, kata Yin, menunjukkan tanda-tanda yang sama dengan saat mereka terpisah dalam waktu lama dengan individu yang akrab dengannya. “Dari tanda-tanda yang ada, depresi merupakan hal yang paling umum. Anjing tersebut biasanya tidur lebih lama dibanding normal, lebih lamban, selera makan menurun, dan tidak banyak bermain,” ucap Yin.

Dalam upaya untuk memahami bagaimana cara berpikir anjing, peneliti dari Emory University, Atlanta, AS, kini melakukan pemindaian terhadap otak anjing menggunakan functional MRI (fMRI). “Harapannya, penelitian ini bisa mengungkapkan rahasia di antara hubungan anjing dengan manusia, dari sudut pandang anjing,” kata Gregory Berns, Direktur dari Emory Center for Neuropolicy yang mengetuai penelitian.

Meski menggunakan perangkat teknologi tinggi, kata Berns, menentukan apakah hewan peliharaan itu tengah berduka cita akan sulit. Pasalnya, bagaimana rupa otak manusia saat tengah berduka cita juga belum diketahui. “Jika sudah diketahui, peneliti akan bisa mencari emosi serupa di otak anjing. Akan sangat menarik jika bisa ditemukan,” ucap Berns yang biasa menggunakan fMRI untuk mempelajari bagaimana otak manusia bekerja.