Tepat 37 tahun lalu, dua negara adikuasa, Amerika Serikat dan Uni Soviet, bertemu di luar angkasa. AS diwakili pesawat luar angkasa Apollo 18. Sedangkan Soviet, yang belum runtuh dan pecah menjadi beberapa negara, diwakili Soyuz 19.
Pertemuan ini merupakan bagian dari misi Apollo-Soyuz Test Project. Dengan tujuan untuk pengembangan kemampuan penyelamatan di luar angkasa.
Saat pintu palka dibuka di antara dua pesawat ini, Komandan AS Thomas Safford dan Komandan Soviet Aleksei Leonov, bersalaman. Disusul kemudian dengan pertukaran hadiah, simbol perayaan pertemuan kedua negara yang saat itu bersitegang dalam perang dingin.
Ketika kembali ke Bumi, Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa Kurt Waldheim, memberi selamat kepada kedua negara. Ia juga memuji kerja sama kedua negara dan perdamaian yang ditunjukkan.
Dalam misi Apollo-Soyuz yang berdurasi 44 jam itu, astronaut dan kosmonaut melakukan percobaan, berbagi makanan, dan melakukan jumpa pers. Sayangnya bagi AS, itu menjadi misi Apollo terakhir yang dilakukan.
Penghentian misi luar angkasa AS mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama. Presiden kulit hitam pertama di Negeri Paman Sam itu menghentikan misi pengiriman manusia ke luar angkasa. Anggaran untuk misi tersebut dialihkan untuk program riset pengembangan teknologi dan roket.
Empat pesawat luar angkasa AS yang berjasa bagi pengiriman manusia ke luar angkasa juga dimuseumkan. Discovery masuk ke Museum Smithsonian, Washington DC. Endeavour diabadikan di California Science Center, Los Angeles. Dua pesawat lainnya yakni Atlantis bertahan Kennedy Space Center, Florida, dan Enterprise jadi anggota Intrepid Sea, Air & Space Museum, New York.