Pulau terluar di Indonesia adalah contoh daerah dengan pasokan listrik yang sangat minim. Berdasarkan data dari Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal (Kemeneg PDT), terdapat 92 pulau terluar. Namun dari 92 pulau tersebut, hanya 43 pulau saja yang berpenghuni.
43 pulau terluar ini dengan 71 ribu penduduknya dijanjikan akan segera menikmati listrik seperti daerah–daerah lain. Hingga 2014 mendatang, Kemeneg PDT akan mengembangkan energi matahari dalam skala kecil menengah untuk memberikan pasokan listrik.
Demikian dikemukakan oleh Menteri PDT Helmy Faizal Zaini di Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (17/7). Menteri menjelaskan, hingga 2012 masih banyak ketimpangan pasokan listrik di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang sudah mencapai 60-70 persen, namun masih ada yang menerima pasokan di bawah 30 persen.
Terkait dengan pengembangan energi matahari di pulau terluar, akan diberikan bantuan sekitar tiga hingga empat lampu dengan daya 150 watt. Hal ini dikarenakan pulau terluar memiliki medan yang sulit dan susah untuk dijangkau.
“Meski pasokan listrik di pulau terluar ini masih kecil, bantuan ini cukup membantu mereka untuk beraktivitas,” kata Helmi.
Pemerataan pasokan listrik di pulau terluar menjadi target utama pengembangan desa tertinggal di Indonesia. Kendati demikian, sejumlah persoalan seperti minimnya sarana pendidikan, kurangnya tenaga kesehatan dan tenaga pengajar, masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan.
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Pratikno menambahkan, salah satu penyebab desa tertinggal adalah belum meratanya penelitian perguruan tinggi di daerah tersebut. Penelitian yang sampai ke daerah tertinggal pun harus aplikatif dan bisa diterapkan langsung. Seperti penelitian pengangkatan air bawah tanah, penjernihan air dengan teknologi tepat guna, dan lainnya.
Sementara itu, terkait dengan pengembangan desa tertinggal yang berjumlah 183 desa, dikembangkan pula Sistem Informasi Data Partisipatif Sumber Daya Hayati (SIPAR SEHATI). SIPAR SEHATI ini akan membantu daerah tertinggal menggali potensi sumber daya alam hayati yang dimilikinya.
Nantinya, data base dalam SIPAR SEHATI ini akan meliputi data SDA Hayati mencakup bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan. Selain itu masuk pula data mengenai infrastruktur yang tersedia, jejaring dengan industri, lembaga pendukung, serta data-data keuangan dan daya beli. Data base ini diasumsikan akan berkembang dan tumbuh sesuai partisipasi daerah tertinggal.
Menurut Kepala Bidang Kerjasama Lembaga Nasional dan Internasional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat UGM Ambar Pertiwiningrum menyatakan, terdapat 10 desa yang menjadi pilot project-nya. Di antaranya Pamekasan, Bima, Seram bagian barat, Bondowoso, serta Sampang.
“Potensi SDA Hayati menjadi prioritas penting karena merupakan potensi alam yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Dengan adanya SIPAR SEHATI ini, maka potensi SDA Hayati di masing-masing daerah tertinggal akan lebih mudah dikembangkan,” kata Ambar.