CO2 Bisa Dimanfaatkan untuk Produksi Biofuel

By , Minggu, 22 Juli 2012 | 00:36 WIB

Pencarian terhadap sumber energi terbarukan terus dilakukan oleh berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Dari sejumlah negara yang serius melakukan riset terkait energi ramah lingkungan, Brasil merupakan salah satu negara yang paling siap menghadirkan solusi energi jangka panjang.

Bekerja sama dengan SAT, sebuah perusahaan asal Austria, pada tahun 2013 mendatang, Brasil berencana membangun sebuah pabrik industri biofuel pertama di dunia yang menggunakan bahan baku rumput laut. Menurut juru bicara proyek, pembangunan pabrik biofuel itu akan dilakukan di Pernambuco, yang terletak di timur laut Brasil.“Pabrik itu akan dibangun di kawasan perkebunan tebu yang menghasilkan etanol,” kata Rafael Bianchini, kepala cabang SAT Brasil. “Targetnya, pabrik ini akan menghasilkan 1,2 juta liter biofuel berbasis ganggang per tahunnya,” ucapnya.

Pabrik senilai Rp92 miliar itu akan memanfaatkan karbon dioksida (CO2), yang merupakan limbah dari pembuatan etanol, untuk mempercepat proses fotosintesis pada rumput laut. Sehingga, Bianchini menyatakan, pemanfaatan CO2 ini akan mampu mereduksi emisi gas buang yang dilepaskan ke lingkungan sekitar.

“Tujuan kami adalah mengonversikan CO2 dari kondisi pasif menjadi aktif, memanfaatkan emisi CO2 yang banyak tersedia saat memproduksi ethanol dari tebu,” ucap Bianchini. “Untuk setiap liter ethanol yang diproduksi, satu kilogram CO2 dilepaskan ke atmosfir. Kita akan menggunakan CO2 ini untuk bahan baku pabrik kami,” ucapnya.

Pada awalnya, fasilitas pembuatan biofuel berbasis alga itu hanya akan menggunakan lima persen emisi dari proses pembuatan ethanol saja. Namun, Bianchini menyebutkan, proporsinya kemudian ditambah.

Sayangnya, rencana proyek pembanguan pabrik biofuel berbasis rumput laut tersebut belum mendapatkan persetujuan dari National Petroleum Agency Brasil. Negara itu sendiri merupakan produsen biofuel terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.