Selamat dari Pemusnahan Massal, Nautilus Terancam Punah di Tangan Manusia

By , Selasa, 24 Juli 2012 | 12:25 WIB
()

Dalam bukunya yang berjudul “Survivors”, Richard Fortey, seorang paleontologis Inggris menjabarkan, ada satu spesies hebat yang mampu bertahan dari berbagai pemusnahan massal yang terjadi berkali-kali di planet Bumi.

Fortey mengistilahkan spesies tersebut sebagai fosil hidup karena terdeteksi sudah mulai hadir sejak lahirnya kehidupan kompleks pertama, sekitar 600 juta tahun lalu. Dia adalah nautilus, spesies cephalopoda, dari keluarga Nautilidae.

Spesies ini mampu bertahan dari dampak hantaman asteroid pada Bumi yang memusnahkan dinosaurus, sekitar 65 juta tahun lalu. Bahkan, spesies ini juga mampu bertahan dari fluktuasi pemanasan dan pendinginan suhu Bumi selama 500 juta tahun terakhir.

Fortey menyebutkan, keluarga nautiloid dari berbagai spesies ini juga telah berhasil melewati fenomena pemusnahan massal terbesar sepanjang sejarah Bumi. Di mana akhirnya mengandaskan era Permian yang membunuh lebih dari 90 persen spesies makhluk hidup di dunia, 252 juta tahun lalu.

Nautilus. (Thinkstockphoto)

Tetapi, betapapun hebatnya spesies tersebut beradaptasi dengan alam, di mana tetap saja ada satu faktor yang tak mampu ia lawan. Dan kini, spesies hewan yang satu ini terancam punah hanya karena ia memiliki cangkang berbentuk spiral yang sangat cantik dan disukai oleh manusia.

Menurut Peter Ward, profesor ilmu bumi, biologi, dan ruang angkasa University of Washington, dalam beberapa tahun terakhir, keluarga nautiloid telah mendapatkan pemusnah baru, yakni nelayan. “Orang tidak mau cangkang yang telah rusak yang tersapu ke pinggir pantai,” kata Ward.

“Ada harga tinggi yang ditawarkan untuk cangkang nautilus yang masih dalam kondisi sempurna, yang bisa didapatkan dengan membunuh hewan tersebut,” tambahnya sambil menyatakan bahwa saat ini, sekitar setengah juta cangkang nautilus telah diimpor ke Amerika Serikat untuk dijual di toko-toko cinderamata.

Ward telah mengetuai sejumlah ekspedisi untuk menghitung sisa jumlah nautilus, hewan yang mampu hidup lebih dari 100 tahun lamanya. Untuk itu, ia dan timnya memasang jaring bawah air di habitat utama nautilus di sekitar Filipina, Great Barrier Reef di Australia, Fiji, dan Kepulauan Samoa.

Ternyata, penurunan jumlah spesies ini sangat jelas. Di kawasan di mana sebelumnya mereka berhasil menangkap ratusan ekor nautilus per hari, mereka kini hanya mampu menangkap satu atau dua ekor saja per hari.

Di Filipina, bahkan kini beredar rumor yang semakin menyulut pembunuhan terhadap nautlius. “Orang-orang mengklaim bahwa nautilus memproduksi mutiara, bahkan mereka menjual ‘mutiara nautilus’ palsu yang dibuat dari cangkang siput yang dipoles,” ucap Ward.

Spesies hewan ini, kata Ward, menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami oleh ikan panjang umur dan lambat bereproduksi. “Orang-orang biasanya melepaskan nautilus muda dan menangkap nautilus dewasa yang lebih besar. Padahal, ini merupakan kebalikan yang seharusnya dilakukan,” kata Ward.

“Nautilus muda biasanya tak bertahan hidup dan populasi mereka bergantung pada beberapa ekor nautilus yang mampu melewati masa remaja dan beranjak dewasa untuk bereproduksi selama beberapa dekade,” ucapnya.

Jadi, bagaimanapun hebatnya makhluk ini menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan selama lebih ratusan juta tahun, keberhasilan mereka agar dapat bertahan kini menghadapi faktor yang semakin penting. Mereka harus mampu hidup bersama dengan 7 miliar manusia.

Tak ada yang bisa nautilus lakukan untuk berdaptasi terhadap ancaman yang datang dari manusia yang datang terlalu mendadak untuk mereka. Artinya, masa depan nautilus tidak lagi bergantung pada apa yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup. Tetapi apa yang bisa manusia lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup nautilus.