Masjid Syuhada Yogyakarta, Perpaduan Nasionalisme dan Nilai Islami

By , Selasa, 24 Juli 2012 | 13:38 WIB

Masjid Syuhada yang terletak di daerah Kota Baru, Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata memiliki sejarah yang menarik. Masjid yang dibangun pada tanggal 20 September 1952 ini adalah masjid pemberian Presiden Soekarno kepada para pejuang kemerdekaan yang bertempur di Yogyakarta.

Sesuai dengan namanya, Syuhada, berarti pahlawan. Masjid ini didirikan sebagai monumen peringatan para pahlawan. Nama ini dicetuskan oleh Haji Benjamin yang merupakan tokoh pemuda pejuang Islam.

Cucu Cahyana, Staf Kesekretariatan Masjid Syuhada, menceritakan, awal mula pendirian masjid ini adalah Soekarno ingin memberikan hadiah kepada pahlawan yang waktu itu belum memiliki tempat ibadah. "Ketika ibukota RI dipindah ke DIY, daerah Kota Baru dikenal sebagai tempat markas pejuang RI. Waktu itu, ketika melakukan ibadah, pejuang RI terpaksa beribadah di halaman gereja Kristen yang ada di sekitar sini," papar Cucu, di Yogyakarta, Selasa (24/7).

Selain Soekanro, tokoh pahlawan yang menggunakan masjid ini di antaranya Mr Assaat, Sri Sultan HB IX, RH Benyamin, Letkol Soeharto, Hamka, serta Abdulkahar Muzakkir. Karena dipersembahkan untuk para pahlawan, maka Masjid Syuhada ini terkenal dengan masjid nasionalis.

Simbol nasionalisme tercermin dari 17 anak tangga, gapura masjid dengan segi delapan, kubah pertama berjumlah empat, dan kubah atas berjumlah lima. Dapat disimpulkan bahwa masjid ini adalah simbol kemerdekaan RI yakni 17 Agustus 1945.

Selain itu masjid ini juga memiliki simbol religius yang khas. Terdapat 20 ventilasi di ruang bawah yang menandakan 20 sifat Allah SWT, enam jendela di tempat sholat pria sebagai simbol rukun iman, lima ventilasi di tempat khusus iman sebagai simbol hukum Islam, dan dua tiang penyangga di mushola putri sebagai simbol syahadat ain.

Karena Soekarno tertarik pada bangunan megah, maka Soekarno ingin masjid ini dibangun seperti Taj Mahal di India. Akhirnya permintaan Soekarno dikabulkan karena akhirnya Masjid Syuhada menyerupai Taj Mahal. Tak hanya itu, gaya arsitekturnya pun memadukan gaya Candi Borobudur dengan arsitektur lapis tingkat.

"Masjid Syuhada merupakan masjid termegah di Yogyakarta waktu itu. Dibandingkan lainnya, masjid ini sudah memiliki fasilitas lengkap seperti speaker dan perekam suara. Masjid ini pun menjadi cikal bakal berdirinya masjid Istiqal Jakarta," kata Cucu.

Sejak tahun 2002, masjid ini ditunjuk sebagai objek wisata religius serta benda cagar budaya di Yogyakarta. Selain pemenuhan kebutuhan akan masjid jami bagi umat Islam, masjid ini merupakan tempat pendidikan dan dakwah. Di sana terdapat jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Kata Cucu, pendidikan dan dakwah bagi umat Islam pun bersifat multikultur. Artinya, para pengajarnya pun berasal dari lintas ormas. Hal ini menjadi simbol bahwa masjid ini terbuka dengan berbagai macam pengetahuan agama Islam.

Setiap harinya masjid ini tidak pernah sepi dari pengunjung,baik yang ingin belajar agama Islam atau sekedar melihat bangunan cagar budaya ini. Lebih lagi di bulan Ramadhan, masjid ini selalu ramai saat acara buka puasa karena ada tradisi berbuka bersama.

Sinta, salah satu pengunjung dari Purworejo mengatakan bahwa masjid ini sangat plural karena bisa berdampingan dengan gereja Kristen. Bangunannya juga unik karena terdapat akulturasi budaya dengan agama lain.