Berburu Intan dari Pedagang Mirip Gelandangan di Martapura

By , Selasa, 24 Juli 2012 | 16:00 WIB
()

Martapura, Ibu Kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dikenal sebagai Kota Intan. Berjarak 39 kilometer dari Kota Banjarmasin. Inilah salah satu kota tujuan wisata di provinsi Kalsel yang saya kunjungi atas undangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkeraf) dalam acara berjudul Familiarization Trip.

Salah satu tujuan wisata Kota Martapura yang terkenal adalah Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat. Di pasar ini banyak terdapat toko penjual batu permata dan batu mulia lainnya, serta cendera mata khas Kalimantan. Mulyadi Yasin, pemandu kami menjelaskan soal transaksi unik ketika akan bertolak ke pasar ini.

“Kalau nanti kalian lihat di belakang pasar ada orang yang asyik duduk-duduk seperti tidak ada kerjaan, jangan salah sangka! Mereka itu bukan gelandangan tetapi justru orang-orang kaya," ujarnya.

"Di kantong mereka penuh dengan batu-batu berlian, yang kalau diuangkan bisa mencapai miliaran rupiah. Terbayang bukan, betapa kayanya mereka?”

Sesampainya di Pasar Bumi Selamat, saya langsung bergegas menuju belakang pasar untuk membuktikan ucapan Mulyadi. Benar saja, saya melihat seorang pemuda berumur 30-an sedang duduk di antara motor-motor yang sedang diparkir sambil memegang sebuah kaca pembesar untuk melihat batu intan atau batu permata lain yang sudah digosok.

Mengukur karat batu permata di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat, Martapura, Kalimantan Selatan. (Warsono/NGI)

Lalu ia memasukkan batu berlian itu ke lubang-lubang pada sebuah pelat besi untuk mengukur nilai karatnya. Setelah selesai meneliti batu permata, ia mengembalikan ke seorang bapak berusia paruh baya yang sedang berbincang dengan empat orang rekannya di teras sebuah toko yang tutup.

Di sudut lain, seorang pedagang sedang melihat-lihat batu intan menggunakan kaca pembesar. Untuk melihat apakah ada 'tahi lalatnya' dan retakan di batu intan yang masih mentah itu. Karena itu akan mempengaruhi harga jualnya.

Rupanya pedagang itu sedang bertransaksi dengan pendulang batu intan. Batu intan yang ditawarkan kepadanya seberat 63 mata atau 0,63 karat dengan harga 2,6 juta. Ketika sudah digosok, batu intan itu paling hanya tinggal 25 mata atau 0,25 karat.

Menurut Mulyadi mereka memang lebih suka berdagang seperti itu dibandingkan bila harus menyewa toko, dan itu malah menjadikan Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat menjadi lokasi transaksi berbeda. Dan keunikan ini menjadi daya tarik untuk para wisatawan berkunjung ke Kota Martapura.