Setetes Harapan Air Muncul Bagi Namibia

By , Senin, 30 Juli 2012 | 12:06 WIB

Republik Namibia, sebuah negara di Afrika yang berbatasan dengan Angola di utara, Afrika Selatan di selatan, Botswana di timur, dan Samudra Atlantik di barat, merupakan negara yang kering kerontang. United Nations Development Programme (UNDP) menyatakan, Namibia merupakan negara paling kering di kawasan selatan Afrika.

Namun, kini ada secercah harapan bagi bangsa tersebut untuk menikmati air bersih layaknya negara-negara lain. Pekan lalu, Kedutaan Besar Jerman di Namibia mengumumkan, para pakarnya telah menemukan sebuah cadangan air bawah tanah di kawasan Namibia, dekat dengan perbatasan Angola.

Cadangan air bawah tanah ini cukup besar, menampung hingga lima juta kubik air bersih yang dapat digunakan untuk memasok seluruh kawasan itu untuk 400 tahun ke depan. “Jika cadangan air bawah tanah itu benar berada di sana dan keberadaannya terbukti secara ilmiah, itu akan sangat melegakan bagi warga di kawasan utara Namibia,” kata Abraham Nehemia, juru bicara kementerian agrikultur Namibia.

“Namun uji coba pembuktian belum dituntaskan, dan kuantitas air yang tersedia belum bisa terbukti secara ilmiah,” ucapnya.

Martin Quinger, Project Manager dari German Federal Institute for Geosciences and Natural Resources menyebutkan, menurut perkiraan yang dibuat secara hati-hati, volume air yang tersedia bisa memasok populasi padat di kawasan utara Nambia selama 400 tahun, apalagi jika mengingat jumlah volume pasokan air saat ini.

“Air yang ada di sana memiliki kualitas yang bagus dan berusia sekitar 10 ribu tahun,” kata Quinger yang melaporkan temuannya tersebut pada Namibia Scientific Society. “Air tersebut berasal dari kawasan selatan Angola yang terkumpul saat musim hujan dan mengalir secara perlahan-lahan di bawah tanah, menuju ke Namibia,” ucapnya.

Akuifer raksasa tersebut, kata Quinger, berada di kedalaman antara 280 sampai 350 meter dan mencakup kawasan seluas sekitar 70 x 40 kilometer di Namibia. Sumber daya alam yang sangat berharga ini dilindungi oleh lapisan bebatuan yang kuat dan di atasnya diselimuti oleh lapisan air asin.

“Namun, penggalian ilegal dan tak terkoordinasi pada akuifier raksasa ini akan mengancam kebersihan air tersebut,” sebut Quinger. “Kedua lapisan air ini bisa tercampur hingga menurunkan kualitas air purba tersebut,” ucapnya.

Untuk itu, Quinger dan timnya telah mengajukan proposal untuk membebaskan kawasan tersebut sambil melanjutkan penelitian hingga tahun depan.

Saat ini, sekitar 800 ribu penduduk tinggal di kawasan utara-tengah Namibia, atau 40 persen dari total populasi warga negara itu yang mencapai 2,1 juta penduduk. Selama ini, mereka mendapatkan pasokan air bersih dari bendungan Calueque di Sungai Kunene, di kawasan barat daya Angola.

Meski begitu, Namibia terus berupaya mencari cara lain untuk mendapatkan kepastian pasokan air. “Jika pasokan air yang baru ditemukan ini bisa dikonfirmasikan keberadaannya, pemerintah kami bisa juga berupaya memasok kebutuhan warga Namibia tengah dari sana,” kata Nehemia.