Hingga saat ini, malaria masih menjadi penyakit global baik di negara maju maupun berkembang. Berdasarkan data dari WHO tahun 2010, sudah terdapat 81 juta kasus positif malaria dengan jumlah kematian 117.704 per tahunnya. Di Indonesia, sudah tercatat 544.470 kasus dengan jumlah kematian 900 kasus.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles ini masih menjadi masalah utama sampai saat ini. Usaha penanggulangan penyakitnya pun juga belum optimal karena vektor malaria sudah resisten terhadap insektisida dan parasit serta resisten terhadap obat antimalaria komersial seperti kina dan klorokuin. Akibatnya, penyebarannya begitu cepat dan luas di dalam tubuh manusia.
Baru-baru ini, tiga peneliti dari kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menemukan obat antimalaria baru dari minyak daun cengkih. Tiga peneliti ini adalah Dhina Fitriastuti, Imelda Octa Tampubolon, serta Putri Ernia Wati. Menurut Dhina, selama ini minyak cengkih hanya digunakan untuk tujuan pengobatan gigi sebagai bahan anestesi gigi. Padahal, minyak cengkih memiliki kandungan bahan aktif eugenol sebanyak 70-90% yang bisa diubah menjadi senyawa metoksin yang mematikan parasit malaria.
Minyak cengkih sendiri adalah produk alami yang tidak mahal dan mudah diperoleh di Asia Tenggara Minyak cengkih di Indonesia secara tradisional diproduksi melalui proses distilasi bunga, tangkai bunga, dan daun-daun pohon cengkih Euginia aromatica.
Kata Dhina, dibandingkan dengan dua tanaman obat yang memiliki aktivitas antimalaria yakni Garcinia dan Calophyllum, sintesis senyawa aktif berbasis alam dipandang lebih menguntungkan daripada isolasi senyawa aktif dari tanaman obat.
“Dengan antimalaria saat ini yakni klorokuin juga lebih efektif. Minyak daun cengkih bersifat non polar dan mengandung gugus metoksin yang berfungsi mematikan parasitnya ,”kata Dhina di Yogyakarta, Selasa (31/7).
Lebih lanjut ia mengatakan, penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yakni sintesis dan uji aktivitas. Minyak daun cengkih pun diubah menjadi serbuk dan belum diujicobakan kepada manusia. Penelitian ini hanya menghasilkan senyawa aktif dan masih perlu diuji klinik lebih lanjut.
Atas penemuan ini, kelompok ini berhasil menyabet emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2012 Juli lalu.