Dari beberapa penelitian dikatakan, fenomena badai musim panas mengarah kepada berkurangnya lapisan ozon yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi sinar ultraviolet. Badai akan menghasilkan lebih banyak uap air—yang berpotensi sebagai gas rumah kaca, ke stratosfer yang merupakan lapisan tengah dari atmosfer (sekitar 14-35 kilometer di atas permukaan Bumi).
James Anderson, seorang kimiawan atmosfer dari Harvard University menjelaskan bahwa kondisi seperti itu, meski belum terkonfirmasi, akan mampu untuk menyebabkan kehilangan ozon fatal (greater ozone loss). "Berdasarkan observasi terbaru, pada kondisi yang baik, uap air memicu reaksi kimia yang menipiskan lapisan ozon," tuturnya menambahkan.
Serangkaian penelitian Anderson dan para rekannya di Amerika Serikat menyimpulkan, bahwa unsur kimiawi di Kutub Utara saat ini berada pada tingkatan mendekati sangat potensial untuk menghancurkan ozon.
Pada penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Science ini, diperhitungkan hilangnya ozon adalah 4 hingga 6 persen per hari di area stratosfer yang kaya uap air. Dampak tersebut bertahan selama beberapa minggu setelah badai.
Padahal para pakar mengatakan, bahkan reduksi minim dari lapisan ozon bisa memiliki dampak signifikan, yakni membuat orang-orang makin rentan terpapar kanker kulit dan kerusakan mata.