Suatu tim peneliti di NASA's Johnson Space Center, Houston dan Lawrence Berkeley National Laboratory, Berkeley, California, Amerika Serikat, telah menemukan bahwa radiasi proton dapat mempercepat proses perkembangan sel tumor pada tubuh manusia.
Efek radiasi proton tersebut sangat perlu diketahui terkait dengan masalah efek pengobatan kanker melalui terapi radiasi. Sementara menurut pihak NASA, studi ini dilakukan sebagai bagian dari upaya menyelidiki serta mempelajari cara mengurangi efek radiasi, khususnya mengupayakan metode lebih baik untuk memproteksi astronaut.
Proton adalah partikel subatomik utama yang menjadi sumber radiasi selama misi penerbangan ke luar angkasa. Dengan mengetahui dampaknya maka bisa membantu astronaut dalam mengatasi efek berbahaya dari radiasi saat di luar angkasa.
Massa tubuh manusia ketika berada di luar angkasa jauh lebih rendah ketimbang massa tubuh di bumi. Sehingga paparan radiasi di luar angkasa juga lebih rendah kadarnya bila dibandingkan dengan paparan radiasi yang diterima tubuh dalam radioterapi.
"Pasalnya, bahkan proton berkadar rendah dalam terapi radiasi pun mengandung potensi risiko dalam menginduksi sel-sel tumor," ungkap Francis A. Cucinotta, ilmuwan yang menjadi kepala departemen penelitian Human Research Program Space Radiation Element di Johnson.
Ia mengatakan pula, semua jaringan tubuh manusia (astronaut) rata-rata terpapar oleh radiasi luar angkasa ini. Padahal, dosis sekecil apa pun proton masih bisa memicu efek biologis sel-sel pada jaringan epitel (jaringan-jaringan membran yang melapisi organ-organ dan dapat ditemukan di seluruh tubuh).
Proses yang disebut epithelial-mesenchymal transition (EMT) inilah yang diasosiakan kepada perkembangan tumor atau kanker. Hasil studi itu dipublikasikan dalam sebuah tulisan ilmiah bertajuk "Protons Sensitize Epithelial Cells to Mesenchymal Transition" di jurnal PLoS One 23 Juli lalu.