Penghargaan Aksara untuk Indonesia

By , Selasa, 28 Agustus 2012 | 20:50 WIB

Indonesia mendapatkan salah satu penghargaan aksara King Sejong dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). King Sejong Literacy Prize diadakan sejak 1989 oleh Pemerintah Republik Korea.

Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan program pendidikan keaksaraan yang diintegrasikan dengan pengenalan kewirausahaan dan pembinaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di ruang publik, seperti pasar dan tempat ibadah, serta pembinaan tutor secara intensif.

Dalam jumpa pers di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (27/8), Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI) Ella Yulaelawati mengutarakan, penghargaan merupakan prestasi sekaligus pengakuan internasional. "Program-program pendidikan Indonesia telah dinilai positif oleh badan dunia," ujarnya.

Ella mengatakan, saat ini ada sekitar 3500 TBM yang bergerak sebagai pusat literasi untuk mengentaskan buta aksara serta budaya baca. Angka tunaaksara di Indonesia sekarang lebih kecil dibandingkan pada tahun 2004, tapi masih mencapai 8,5 juta jiwa, dan lebih dari 50 persennya ialah perempuan.

Kemdikbud berupaya meningkatkan lingkungan masyarakat beraksara terutama perempuan dewasa, melalui langkah-langkah terpadu. Termasuk keaksaraan fungsional berbasis bahasa ibu, integrasi kecakapan hidup dan keaksaraan dasar, serta pengarusutamaan gender di bidang pendidikan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.

Atas dedikasi Indonesia dalam percepatan peningkatan aksara, UNESCO juga meminta Indonesia untuk mewujudkan rencana aksi negara bebas tunaaksara pada tahun 2015.

Beberapa negara yang pernah memperoleh penghargaan King Sejong sejak 2008-2011 di antaranya Burundi, Meksiko, Mesir, Afghanistan, dan Zambia. Pemberian penghargaan Aksara King Sejong 2012 akan dilaksanakan di dalam pertemuan tinggi UNESCO di Paris, 6 September mendatang.