Demi Orangutan, Jaga Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

By , Kamis, 30 Agustus 2012 | 16:52 WIB
()

Kabar duka bagi kelestarian alam Indonesia. Orangutan jantan yang beberapa hari ini menghiasi media massa karena masuk ke permukiman warga dan mengalami luka bakar, akhirnya mati.

Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) yang diperkirakan berusia 16-17 tahun itu mengalami luka bakar di Dusun Parit Wa’dongka, Desa Wajok Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (26/8).

Primata ini sempat dievakuasi oleh tim gabungan yang terdiri dari berbagai pihak terkait. Termasuk petugas medis/dokter hewan dan mitra LSM Lingkungan seperti Yayasan International Animal Rescue (IAR), WWF Indonesia, Gemawan, Perwakilan Forum Konservasi Orangutan Kalimantan Barat (FOKKAB), Yayasan Titian, masyarakat, serta rekan jurnalis.

Proses evakuasi orangutan di Dusun Parit Wa’dongka, Desa Wajok Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat. Meski sempat membaik, kondisi orangutan ini memburuk dan akhirnya mati, Rabu (29/8). (SugengHendratno/WWF-Indonesia)

Meski sempat membaik, orangutan itu akhirnya mati, Rabu malam (29/8). Dikatakan Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Kalimantan Barat Niken Wuri Handayani, saat ini pihaknya menunggu hasil otopsi.

"Luka bakar terjadi di 70 persen tubuhnya. Kami masih menunggu hasil autopsi mikro jaringannya dan itu memakan waktu dua minggu," kata Niken pada National Geographic Indonesia.

Masuknya orangutan ke permukiman warga merupakan dampak dari berkurangnya habitat karena munculnya perkebunan sawit. Ini akhirnya berimbas juga pada menipisnya pakan. Mereka pun terdorong masuk ke dalam permukiman warga.

Saat ini terjadi pada Minggu lalu, warga Dusun Parit Wa’dongka cukup kooperatif membantu evakuasi. Namun, orangutan ini mengalami luka yang terlalu parah dan gagal diselamatkan.

Luka bakar terjadi tidak disengaja saat warga berusaha memindahkan orangutan itu dari pohon kelapa. Warga membakar pohon kelapa tempatnya bersarang agar membuatnya ketakutan. Namun, orangutan itu malah terbakar.

Untuk mencegah hal ini kembali terjadi, kata Niken, dibutuhkan kesadaran mengenai tingginya nilai kawasan konservasi. Dengan demikian, pihak perkebunan sawit tahu di mana batasan pembukaan lahan.

"Habitat orangutan termasuk kawasan bernilai konservasi tinggi. Perlu ada pemahaman dengan pihak perkebunan dan mensosialisasikannya," ujar Nuri yang menambahkan sudah beberapa kali bertemu dengan pihak terkait mengenai pentingnya kawasan ini.

Ditambahkan Koordinator Konservasi WWF-Indonesia Chaerul Saleh, kematian orangutan ini sangat disayangkan. Insiden seperti ini pun harusnya tidak perlu terjadi.