Fokus WHO: Peningkatan Harapan Hidup Lansia

By , Selasa, 4 September 2012 | 16:50 WIB

Peningkatan angka harapan hidup lansia menjadi fokus perhatian dari negara anggota World Health Organization South-East Asia Regional Office (WHO SEARO). Hal ini akan tercetus dalam DeklarasiYogyakarta tentang Penuaan dan Kesehatan yang disepakati oleh Menteri Kesehatan dari 11 negara.

Hal ini dikemukakan oleh Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi di forum The 30rd Health Ministers Meeting di Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (4/9). Nafsiah mengatakan bahwa ada tren peningkatan jumlah lansia atau usia di atas 60 tahun di kawasan Asia Tenggara.

Jumlahnya diperkirakan mencapai kira-kira 142 juta orang. Diperkirakan jumlah lansia akan meningkat menjadi dua kali lipat di tahun 2025 dan tiga kali lipat di tahun 2050.

Peningkatan jumlah lansia ini, kata Nafsiah, perlu dibarengi dengan kebijakan yang tepat agar angka harapan hidup lansia semakin meningkat. Penuaan yang sehat akan meningkatkan kesehatan fisik, sosial ,dan mental lansia untuk dapat berperan aktif dalam masyarakat. Serta menikmati kehidupan yang mandiri tanpa diskriminasi.

“Kebijakan ini bisa berupa peningkatan pelayanan kesehatan yang ramah bagi lansia, peningkatan, pencegahan terhadap penyakit, serta kebijakan lain yang mendukung lansia,” ungkapnya.

Selama ini, khususnya di Indonesia, kebijakan pro lansia cenderung masih bersifat serupa di semua daerah Indonesia. Seharusnya kebijakan lansia perlu disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing.

Nafsiah Mboi juga mengatakan, dalam deklarasi tersebut juga dibicarakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah di Indonesia seperti jantung, stroke, kanker, dan obesitas. “Penyakit tidak menular ini sudah menyerang usia muda. Oleh karena itu, kita perlu memikirkannya,” tambahnya.

Direktur General WHO Margaret Chan menegaskan bahwa pihaknya sebagai organisasi kesehatan akan mendukung angka harapan hidup lansia. Untuk mewujudkannya, maka perlu ada kebijakan tepat serta sosialisasi sejak dini untuk menerapkan gaya hidup sehat.

“WHO menggunakan pendekatan tahapan kehidupan untuk mewujudkan masyarakat lansia yang aktif. Seseorang dapat mulai sejak dini, bergaya hidup sehat, menjaga kesehatan, dan tetap aktif saat usia mereka mencapai delapan, sembilan, bahkan sepuluh dasawarsa,” katanya.

Wakil Presiden RI Boediono dalam sambutannya juga berharap forum menteri kesehatan ini dapat memberikan sumbangsih atas permasalahan kesehatan di wilayah Asia Tenggara. Ia pun menekankan terhadap berbagai masalah kesehatan di Indonesia seperti penyakit tidak menular, infeksi, serta peningkatan angka harapan hidup lansia untuk menjadi fokus tersendiri.

Sementara itu, dengan mengadopsi Deklarasi Yogyakarta tentang Penuaan dan Kesehatan, para Menteri Kesehatan mengakui bahwa penuaan yang sehat adalah tantangan kesehatan. Mengingat lansia, terutama perempuan, menghadapi penyakit kronis dan menurunnya kemampuan beraktivitas (disabilitas).

Deklarasi Yogyakarta juga menekankan pesan bahwa dampak ekonomi dari penuaan menentukan arah upaya kesehatan dan sistem pendukung. Ini memerlukan perhatian para penentu kebijakan, masyarakat, serta sektor swasta.

Forum yang berlangsung hingga 7 September 2012 ini juga akan dibahas tentang  pelaksanaan Peraturan Kesehatan Internasional atau International Health Regulations (IHR 2005). Sementara itu negara yang berpartisipasi antara lain Bhutan, Bangladesh, Thailand, Sr Lanka, Myanmar, Korea, serta India.