Dalam hal kesehatan, tak banyak perbedaan antara makanan organik dengan konvensional. Namun, mengonsumi makanan organik memang bisa mengurangi risiko terpapar pestisida.
Demikian hasil kesimpulan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Internal Medicine. Disebutkan, tak ada bukti kuat jika makanan organik lebih bergizi dibanding makanan konvensional.
"Tak terdapat banyak perbedaan antara makanan organik dan konvensional," demikian tegas Dena Bravata, penulis senior yang memublikasikan jurnal tersebut.
Kesimpulan ini didasarkan penelitian yang dilakukan tim pimpinan Bravata. Bekerja sama dengan Crystal Smith-Spangler, instruktur di Divisi Disiplin Pengobatan Umum di VA Palo Alto Health Care System.
Antara tahun 1997 sampai dengan 2011, penjualan makanan organik melonjak tinggi di Amerika Serikat. Makanan organik merupakan sumber pangan yang tumbuh tanpa paparan pestisida, pupuk, antibiotik, atau hormon pertumbuhan. Karena pertumbuhannya yang agak sulit, maka makanan organik biasanya jauh lebih mahal dibanding makanan konvensional.
Untuk membuktikan kadar gizi di antara keduanya, tim gabungan Bravata mempelajari 237 paper yang relevan. Termasuk 17 penelitian mengenai konsumsi organik dan diet konvensional. Dipelajari juga 223 penelitian yang membandingkan level nutrisi, bakteri, dan jamur, pada makanan organik dan konvensional.
Penelitian konsumsi dua bahan makanan ini melibatkan manusia sebagai subjek dengan durasi penelitian bervariasi. Mulai dari dua hari hingga dua tahun.
Setelah analisa data, para peneliti hanya menemukan sedikit perbedaan dalam hal kesehatan antara makanan organik dan konvensional. "Beberapa orang percaya jika makanan organik selalu lebih sehat dan bergizi. Kami agak kaget bahwa kami tidak menemukan hal itu," kata Smith-Spangler.
Tidak ditemukan pula perbedaan dalam hal protein atau lemak di antara kedua bahan makanan ini. Namun, susu organik diakui memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang lebih tinggi.