Sasando Diusulkan Dapat Penghargaan UNESCO

By , Rabu, 5 September 2012 | 11:19 WIB

Alat musik tradisional sasando dari Kabupaten Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur (NTT) diusulkan mendapat penghargaan konservasi dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO).

Usulan itu akan dimatangkan dalam Pekan Nasional Cinta Sejarah Nusa Tenggara Timur di Kupang, 10-15 September 2012. Kepala Unit Pelaksana Teknis Arkeologi, Sejarah, dan Nilai Tradisional Dinas Budaya dan Pariwisata NTT Alexander Bell mengatakan, Selasa (4/9), sasando memenuhi syarat untuk mendapatkan penghargaan dari UNESCO.

Kepala Museum NTT Leonardus Dahak mengatakan, di kalangan masyarakat Rote Ndao, sasando sudah akrab sejak abad ke-7 dan terus terpelihara dengan baik hingga sekarang.

Sasando adalah alat musik petik berbahan baku daun lontar yang dilengkung sehingga berbentuk setengah bundaran. Kedua ujungnya diikat di ujung potongan bambu yang seolah menjadi garis tengah permukaan daun lontar.

Dalam bentuk aslinya dulu, tali pendentingnya langsung dari cungkilan kulit potongan bambu itu. Dalam perkembangan selanjutnya, tali cungkilan kulit bambu diganti dengan senar dari kawat halus. Sementara di kedua ujung bambu dipasangi potongan kayu keras yang akan ditancapi sejumlah potongan sekrup pengikat senar.

Belakangan atau sejak tahuan 1980, tampilan sasando makin bervariasi dengan ditemukannya sasando listrik. Untuk menyiapkan usulan sasando ke UNESCO, akan dialog terbuka tentang sasando.

Dialog pekan depan itu rencananya akan melibatkan sejumlah budayawan dan pemerhati alat musik tradisional, seperti Johny Tendens, Nyongky Welvaart, dan I Made Purna.