Perburuan penyihir hingga membunuhnya merupakan hal biasa di desa-desa di India. Warga yang tidak memiliki pendidikan dan miskin, kerap menuduh seorang wanita sebagai penyihir lantas memburu, menghakimi, menyiksa hingga membunuhnya.
Kondisi yang sungguh memprihatinkan ini menggugah para perempuan di sebuah desa perkebunan teh, Jalpaiguir, India, untuk membuat program pinjaman lunak. Program ini memiliki misi untuk menghentikan perburuan penyihir yang kian marak bagi para perempuan desa di India.
Setelah menerima pinjaman, perempuan di desa tersebut membentuk kelompok yang terdiri dari delapan hingga sepuluh orang memulai usaha sendiri. Seperti menjual keranjang atau telur. Namun yang utama, grup ini melindungi anggotanya satu sama lain dari tuduhan penyihir. Demikian disampaikan sosiolog dari University of Michigan, Soma Chaudhuri, yang telah mempelajari ilmu perburuan penyihir selama tujuh bulan di negara asalnya itu.
Sihir semata-mata dilatarbelakangi kondisi sosial budaya masyarakat di desa terpencil. Informasi dan pengetahuan mereka mengenai suatu penyakit sangatlah minim. Inilah yang membuat mereka mudah mempercayai jika suatu penyakit melanda keluarga atau ternak selalu dikaitkan dengan sihir.
"Para pekerja perkebunan yang hidupnya miskin dan buta huruf sudah putus asa untuk mengenali berbagai penyakit yang timbul tanpa adanya dokter dan fasilitas di desa mereka," kata Chaudhuri.
Contoh peristiwa miris tuduhan praktek sihir terjadi pada tahun 2003. Kala itu, warga menuduh lima wanita sebagai penyihir penyebab kematian seorang lelaki yang menderita sakit perut. Perempuan ini kemudian diikat, disiksa, dan dibunuh.
Dalam suatu kasus yang sempat ditulis oleh Chaudhuri dalam penelitiannya, seorang wanita pernah dituduh menyebabkan penyakit pada ternak warga. Anggota kelompok perempuan ini kemudian berjaga-jaga di rumah tertuduh maupun di rumah yang menuduh. Akhirnya mereka dapat menyelesaikan tuduhan tersebut dengan baik. Si penuduh tersebut menarik tuduhan dan meminta maaf.
Selain bisa melindungi anggota kelompoknya, grup pendukung ini secara tidak langsung juga telah mendorong perempuan India untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga dan ketergantungan alkohol.
Perempuan India diajak untuk lebih berpikiran terbuka dan berani melanggar tradisi yang tidak perlu diteruskan, seperti perburuan penyihir. "Secara bersama-sama para perempuan mampu memerangi tradisi perburuan penyihir," jelas Chaudhuri.
Chaudhuri menambahkan, alasan para perempuan tersebut berani melakukan tindakan yang berisiko dan mematahkan tradisi yang sudah lama mengakar, karena ingin dapat turut berkontibusi pengembangan perempuan ke depan. Juga berperan serta dalam kesetaraan gender di India.
Hasil penelitian Chaudhuri bersama dengan Anuradha Chakravarty dari University of South Carolina diterbitkan dalam jurnal Mobilization edisi Juni 2012.