Pemerintah Jepang mengumumkan untuk menghindari sumber tenaga nuklir hingga tahun 2030. Hal ini berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh Jepang saat gempa dan tsunami pada 2011 lalu. Untuk sekarang, Jepang akan mulai kembali untuk mengimpor minyak, batu bara, dan gas dari negara produsen.
Langkah yang diambil oleh Jepang ini telah dilakukan juga oleh dua negara di Eropa, Jerman dan Swiss. Sebelum terjadinya peristiwa yang mengakibatkan kerugian Rp 2.271 triliun di semester pertamanya, Jepang merupakan negara ketiga terbesar pengguna tenaga nuklir sebagai sumber tenaga.
Juru bicara pemerintah Jepang mengatakan, akan meningkatkan produksi tenaga ramah lingkungan sebanyak tiga kali lipat. Jumlah ini diperkirakan akan menutupi kebutuhan sumber tenaga Jepang sebesar 30 persen. "Ini adalah strategi untuk menciptakan masa depan yang baru," ungkap Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda.
Aksi banting setir yang dilakukan oleh pemerintahan Jepang dengan memulai lagi impor minyak, batu bara, dan gas diperkirakan akan meningkatkan ekonomi dengan cepat. "Keluarnya Jepang dari penggunaan nuklir berakibat positif, bagi keseimbangan ekonomi," jelas Profesor Andrew Dewit dari Universitas Rikkyo.
Dia mengatakan, pengalihan ini akan menumbuhkan banyak korporasi yang bergerak di bidang energi terbarukan, hal ini meningkatkan ekonomi Jepang dengan cepat.