21 kapal berparade di bibir Samudera Pasifik, menghadap Pelabuhan Daruba, Halmahera, Maluku Utara. Ke-21nya merupakan gabungan dari kapal perang Indonesia, kepolisian, pemerintahan, serta dua kapal perang Amerika Serikat dan Singapura.
Melewati teluk di Morotai, awak kapal RI meneriakkan yel-yel,"Jayalah Indonesia!". Lengkap dengan kode morse yang dilayangkan lewat kibasan bendera.
Itu merupakan acara puncak dari Sail Morotai 2012 yang berlangsung 15 September lalu. Sebelum sailing pass berlangsung, acara diisi dengan tarian khas Maluku Utara dan parade terjun payung dari 100 penerjun terbaik RI.
Dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sail Morotai 2012 merupakan ajang meletakkan kembali kejayaan laut Indonesia. Misi Morotai saat ini adalah menjadi kawasan penyedia sumber daya wisata dan perikanan. Ini bisa terjadi mengingat letaknya yang strategis di antara kekuatan ekonomi Asia Timur dan Pasifik.
"Masa sekarang adalah era Atlantik, masa depan adalah Pasifik. Episentrum perekonomian dunia akan tumbuh dinamis dan inovatif," ujar Presiden.
Dengan adanya Sail Morotai diharapkan mendorong percepatan pembangunan pulau-pulau terluar. Khusus untuk Morotai, akan meningkatkan daya ungkitnya dan minat sejarah masyarakat --potensi utama Morotai.
"Sail bukan hanya perahu layar, juga simbol keberanian, ketangguhan, menghadapi hidup penuh gejolak," ujar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono.
Tarian khas Moloku Kie Raha
Pembukaan Sail Morotai dimulai dengan tari Soya-soya, tarian penyambut kedatangan tamu. Tarian ini dilakukan oleh sekelompok pria dengan memegang perisai kayu kecil dan daun kering yang diikat jadi satu.
Tarian ini merupakan bagian dari tampilan khas Maluku Utara yang melibatkan lebih dari 600 penari. Tarian puncaknya melibatkan replika raksasa dua burung bidadari --fauna khas Maluku Utara. Burung dengan nama ilmiah Semioptera wallacii ini adalah maskot untuk Sail Morotai 2012.
Bentangan sayapnya merupakan persatuan dan kesatuan di Morotai. Bentuk lain juga dari penyambutan masyarakat setempat dalam menerima tamu di bumi Moluku Kie Raha.