18 September 1987, Insiden Radiologi Goiania

By , Selasa, 18 September 2012 | 13:07 WIB

25 tahun lalu, tepat pada 18 September 1987, terjadi bencana radiologi di Goiania, Brasil. Bencana ini berawal dari penemuan Cesium-137, isotop radioaktif yang membahayakan manusia, di institusi terapi kanker yang sudah tidak terpakai lagi.

Dua tahun sebelumnya yakni pada 1985, The Goiania Institute of Radiotherapy pindah ke lokasi baru dan meninggalkan mesin teletherapy Cesium-137. Institusi ini tidak memberi tahu petugas berwenang mengenai mesin yang sudah tidak terpakai lagi itu dan dampaknya jika terpapar ke masyarakat. 

Sekitar setahun sesudah kepergian mereka, dua perampok masuk ke gedung institusi tersebut dan memindahkan mesin Cesium-137. Pada 13 September 1987, keduanya menjual mesin berbahaya itu ke penadah barang bekas.

Lima hari kemudian, pekerja di tempat barang bekas membongkar mesin dan mengeluarkan Cesium-137 yang ada di dalamnya. Terpesona oleh warna biru yang dipancarkan, para pekerja membagikan cesium tersebut pada keluarga, kerabat, dan tetangga. Cesium ini tersebar dengan cepatnya karena kemudian ditemukan kontaminasi hingga jarak 160 kilometer.

Beberapa hari kemudian, istri pemilik tempat barang bekas sadar jika keluarga dan kerabat yang diberikan pancaran  biru itu jatuh sakit. Dokter menyatakan mereka keracunan radiasi akut. Empat orang tewas termasuk seorang anak kecil. Selanjutnya, sekitar 100 ribu orang di kota tersebut harus diperiksa paparan kontaminasi.

Ditemukan bahwa sekitar 40 rumah di kota tersebut terkena kontaminasi tinggi dan harus dihancurkan. Dalam laporan Agen Energi Atom Internasional (IAEA) yang dipublikasikan tahun 1988, disebutkan insiden radiologi ini makin rumit karena tidak lengkapnya kronologi yang diceritakan warga.

Dengan demikian sulit bagi tim penolong untuk menentukan berapa lama paparan radiasi masuk ke tubuh korban. Mayoritas korban mengalami mual, muntah, diare, pusing, dan kelelahan yang amat sangat. Mereka juga mengalami infeksi di tangan, kaki, dan beberapa area di tubuh.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah insiden radiologi, pengobatan kemudian dilakukan dengan pemberian hexacyanoferrate (Prussian Blue).

Meski akhirnya kondisi kota bisa dipulihkan, warga Goiania terkena dampak sosial. Sebab warga kota lain menolak kehadiran apa pun yang berasal dari Goiania, baik orang maupun barang. Secara nasional, insiden ini membuat Pemerintah Brasil menegaskan hukum mengenai sumber penyimpanan zat yang mengandung radiasi.