Mengungkap Kandungan Arsenik dalam Nasi

By , Jumat, 21 September 2012 | 11:26 WIB

Nasi merupakan makanan pokok bagi masyarakat di banyak negara. Namun tahukah Anda, jika nasi yang dikonsumsi setiap hari ternyata berpotensi mengandung arsenik yakni zat racun yang sangat membahayakan tubuh.

Para ahli selama ini mengetahui beras sebagai sumber utama dari diet arsenik. Namun, hasil studi terbaru Consumer Report di Amerika menemukan arsenik dalam berbagai jenis produk beras. Mendorong Food and Drug Administration (FDA) untuk segera menetapkan batas level aman kandungan arsenik dalam beras. FDA menemukan arsenik melebihi batas level lebih dari 60 produk padi.

Yang menarik perhatian, arsenik yang terkandung dalam beras ini bukanlah karena hasil kimiawi racun yang dihasilkan oleh pabrik, melainkan dari proses alamiah yang menyebabkan elemen racun tersebut terakumulasi mulai saat beras tersebut ditanam dan tumbuh. Lalu bagaimana arsenik, unsur beracun yang kerap digunakan untuk membunuh lawan politik di Abad Pertengahan, dapat terkandung di dalam beras?

Racun bisa berasal dari buatan manusia dan sumber sintetis. Arsenik merupakan metaloid mengilap abu-abu dalam bentuk elemen yang terjadi secara alami di kerak bumi. Kemudian membuat jalan sendiri menuju dalam tanah dan mengkontaminasi persediaan air tanah melalui proses pelapukan.

Arsenik merupakan elemen yang ditemukan di alam dan pada produk buatan manusia termasuk pestisida. Arsenik level rendah ditemukan di tanah, air dan udara. Unsur ini diambil oleh tanaman saat mereka tumbuh, dari sinilah awal mula jalan masuk arsenik ke dalam tubuh melalui makanan yang kita konsumsi.

Unsur ini dapat mengubah sistem kerja komunikasi dalam sel dan mengurangi kemampuan kerja dalam tubuh. Pada akhirnya berakibat berbagai penyakit dalam tubuh seperti diabetes, penyakit pembuluh darah dan paru-paru, kanker kulit, kanker kandung kemih dan jantung.

Arsenik dapat terkandung dalam sayuran, biji-bijian, buah-buahan dan makanan laut. Menurut FDA, beras merupakan bahan makanan yang mengandung tingkat arsenik paling tinggi, lalu disusul sayuran.

Namun, elemen ini juga memiliki kegunaan bagi industri misalnya digunakan untuk pembuatan pestisida dan pengawet kayu. Environmental Protection Agency (EPA) menyatakan arsenik anorganik dapat bertahan di dalam tanah selama lebih dari 45 tahun.

Di AS pada beberapa negara bagian seperti Louisiana, Mississippi, Missouri, dan Texas ditemukan kenaikan tingkat kandungan arsenik dalam beras. Hal ini dimungkinkan karena daerah tersebut memiliki sejarah panjang sebagai tempat budi daya kapas, di mana industri ini menggunakan insektisida secara luas.

Zat tersebut terserap ke dalam tanah, akibatnya dalam beberapa dekade tanah tersebut mengandung unsur arsenik. Hal lain yang mungkin menyebabkan kandungan arsenik dalam lahan pertanian yaitu pupuk yang berasal dari kotoran ayam yang mana pakan mereka mengandung arsenik.

FDA yang melakukan survei mengenai kandungan arsenik dalam beras belum memiliki informasi yang cukup untuk merekomendasikan konsumen mengubah konsumsi beras mereka. Tapi baik FDA dan Consumer Report menyarankan agar konsumen lebih variatif dalam mengonsumsi asupan makanan dan tak hanya tergantung pada beras saja.