Senin lalu (24/9), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah melakukan roadshow kelima kabupaten di Provinsi Bali untuk membuka selubung plakat UNESCO yang menjelaskan kawasan-kawasan ini masuk dalam situs Warisan Dunia.
Situs bertajuk resmi Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai sebuah manifestasi filosofi Tri Hita Karana (Cultural landscape of Bali Province: the subak system as a manifestation of the Tri Hita Karana). Meliputi lima kabupaten yaitu Kabupaten Gianyar, Badung, Buleleng, Bangli, dan Tabanan.
Sedang lokasinya mencakup Pura Ulun Danau Batur dan Danau Batur, daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, kawasan Catur Angga Batukaru dan situs Pura Taman Ayun) dengan luasan total mencapai 20,974.70 hektare.
Hadir dalam rombongan tim peresmian adalan Wakil Menteri Departemen Pendidian dan Kebudayaan (Wamendikbud) Wiendu Nuryanti, Direktur Pusat Warisan Dunia UNESCO Kishore Rao, serta Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman.
Rao menyatakan, UNESCO telah menetapkan lanskap budaya Bali dalam daftar Warisan Dunia pada 29 Juni 2012. Ditambahkan Wamendikbud, inilah pencapaian Indonesia dan masyarakat Bali setelah mendaftarkan dan terus memperjuangkan subak sebagai warisan tangible dan intagible di UNESCO selama 12 tahun.
"Ada 26 negara yang saat itu kami telaah dan teliti dokumennya. Waktu 12 tahun tidak dapat dikatakan lama atau cepat, melainkan sebuah proses, untuk terus dilengkapi, dan dipantau sampai akhirnya dipercayai untuk menyandang predikat ini," tutur Rao kepada National Geographic Indonesia (NGI) di titik pertama peresmian, Pura Ulun Danu Batur.
"Di sini kami melihat, antara warisan tangible dan intagible sama-sama pentingnya. Ada filosofi mendalam yang mendasari keberadaan lanskap. Harapannya, Bali senantiasa menjadi destinasi utama bagi wisatawan dan ada nilai-nilai luhur masyarakat yang terus dilestarikan."
Wiendu mengungkap, pengakuan UNESCO ini adalah kebanggaan masyarakat Indonesia dan subak diharapkan dapat menjadi konsep pembangunan berkelanjutan di dunia.
"Subak adalah salah satu bentuk demokrasi tertua di dunia. Jadi sistem pengairan subak, pembagian air untuk persawahan, pura atau tempat ibadat dan bagi masyarakat menggunakan filosofi demokratis yang tidak mengambil dari luar tetapi menggali dari dalam negeri sendiri."
Untuk penempatan plakat, tidak seluruhnya berada di depan areal persawahan. Seperti di depan Pura Ulun Danu, kompleks pemandian Tirta Empul, tepi jalan menuju Danau Buyan dan Tamblingan, serta depan Pura Taman Ayun. Hanya kawasan Jatiluwih-lah yang menggunakan area depan persawahan.
Arief Rahman menyatakan, penempatan lokasi plakat ini berdasarkan putusan anggota masyarakat di lokasi yang bersangkutan. "Lalu di situlah dilakukan seremonial pembukaan selubung," jelasnya lagi.
Selamat kepada warga Bali pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Mari kita jaga bersama Warisan Dunia ini.