Kurang dari seabad lagi, diprediksi akan terjadi perubahan lokasi dari para penghuni laut di Samudera Pasifik. Mereka diperkirakan bakal berpindah lebih dari 965 kilometer.
Dari beberapa hewan besar, penyu, hiu, dan paus, akan menerima dampak paling besar. Ini akhirnya berekses juga pada komunitas dan industri yang bergantung pada hasil laut.
Demikian hasil kesimpulan studi terbaru yang dipublikasikan Nature Climate Change yang meneliti distribusi fauna di utara Pasifik. Studi ini mempelajari perubahan yang akan terjadi di lokasi tersebut seiring meningkatnya suhu laut dan level produksi.
"Untuk spesies yang telah tertekan oleh overfishing atau perilaku manusia lainnya, peningkatan waktu migrasi dan hilangnya habitat bisa menjadi pukulan berat," ujar Elliott Hazen, peneliti dari National Oceanic and Atmospheric Administration.
Dikatakan Hazen, prediksi ini bisa berubah jika ada skenario ekosistem kelautan yang tercipta. "Ini kemungkinan dapat menolong memprioritaskan dan mengatur mereka (penghuni laut) secara proaktif."
Kesimpulan pergeseran ini didapat setelah para peneliti yang terlibat menggabungkan model matematika dengan data dari "Tagging of Pacific Predators" (TOPP). Sekitar 4.300 tag elektronik dari TOPP ditempatkan pada 23 spesies dengan rentang waktu 2000--2009.
Penempatan ini memungkinkan pandangan baru mengenai jalur migrasi dan titik pertemuan spesies predator laut di utara Pasifik. Salah satu jalur kunci yang ditemukan bernama Zona Transisi Pasifik Utara. Area ini adalah pertemuan air kutub yang dingin dan kaya nutrisi menuju utara, dengan air hangat dan miskin nutrisi menuju selatan. Kekayaan region ini digunakan oleh beragam predator di laut, termasuk mamalia dan burung.
Studi menyimpulkan, region ini bisa bergeser sejauh lebih dari 965 kilometer. Menyebabkan hilangnya 20 persen keanekaragaman hayati dan berdampak ke beberapa hal lainnya.