Studi Besar-besaran Kera Raksasa Afrika, Rampung

By , Rabu, 26 September 2012 | 23:01 WIB

Sebanyak 47 peneliti dan konservasionis mengumpulkan data lapangan dari 15 ribu titik lebih, yang diketahui dihuni oleh simpanse, gorila, dan bonobo. Upaya ini dilakukan untuk memperkirakan perubahan kondisi habitat dan distribusi spesies hewan tersebut di seluruh benua Afrika, selama 20 tahun terakhir.

Selama 30 tahun ini, jumlah kera raksasa telah menurun drastis di seluruh kawasan Afrika akibat meningkatnya perburuan, perusakan habitat, dan wabah penyakit. Per tahun, sebanyak 200 ribu kilometer persegi habitat hewan tersebut, atau kurang lebih seluas empat lapangan sepak bola per hari, musnah. Spesies yang paling terkena imbasnya adalah gorila, di mana sekitar 50 persen habitat mereka telah lenyap, sementara simpanse "baru" kehilangan sepuluh persen habitat saja.

Adapun kawasan yang paling banyak mengalami kehilangan habitat adalah hutan hujan di cekungan Kongo dan hutan pesisir pantai barat Afrika di Liberia. Ironisnya, tidak menyusutnya luas populasi kera Afrika di kawasan lain seperti timur dan barat Afrika hanyalah karena habitat mereka sudah lebih dulu musnah sebelum tahun 1990an.

Yang mengkhawatirkan adalah temuan bahwa perusakan habitat terparah saat ini terjadi di kawasan hutan Afrika tengah, yang dinilai merupakan kawasan terbaik tersisa untuk para kera raksasa. Apalagi kawasan hutan yang sebelumnya sangat luas dan terpencil itu kini mengalami penebangan liar, penebangan untuk pembuatan jalan, serta menjadi kawasan tempat tinggal manusia.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap spesies kera raksasa Afrika meningkat sejalan dengan waktu dan menegaskan pentingnya mengintensifkan tindakan konservasi, termasuk penegakan hukum dan meningkatkan kewaspadaan,” kata Inaoyom Imong, salah satu peneliti dari Wildlife Conservation Society, Nigeria.

“Meningkatnya komitmen di seluruh pihak, baik lokal maupun internasional, terhadap upaya konservasi seluruh spesies kera raksasa Afrika sangatlah penting demi keselamatan mereka,” ucapnya.Jessica Junker, ketua tim penelitian tersebut menyebutkan, studi kali ini merupakan pengukuran pertama yang pernah digelar dengan skala besar yang mencakup seluruh benua untuk mengetahui penyebaran kera raksasa Afrika dan perubahannya sejalan dengan waktu. “Ini juga merupakan studi pertama yang melibatkan data dari 22 negara yang dihuni kera raksasa sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan antara upaya lokal dan global di lapangan,” ucapnya.

Berkat studi tersebut dan survei terhadap lebih dari 60 titik, dan dikombinasikan dengan database Ape Populations, Environments and Surveys (APES) milik International Union for Conservation of Nature (IUCN) kini, gambaran peta habitat kera raksasa yang mencakup seluruh kawasan Afrika sudah tersedia.

Harapannya, Junker menyebutkan, setelah dikombinasikan dengan data referensi terkait aktivitas manusia, cakupan daratan, topografi, dan konservasi, hasil studi kami dapat membantu para lembaga pendonor, industri, dan politisi dalam membuat keputusan terkait pemilihan prioritas kawasan konservasi, penelitian, pembuatan koridor alam bebas, dan situs-situs survei di masa datang.