Dalam ajang "International Symposium on the Ocean in a High-CO2 World" ketiga yang digelar pekan ini di Monterey, California, Amerika Serikat, Daniela Schmidt, geolog dari School of Earth Sciences, University of Bristol memperingatkan, kecepatan oksidasi samudra saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah planet Bumi.
“Oksidasi samudra telah terjadi sebelumnya dan kadang dengan dampak yang sangat besar bagi ekosistem laut. Tetapi, dalam kurun 300 juta tahun terakhir, tidak pernah ada oksidasi laut dengan kecepatan yang sama seperti oksidasi yang terjadi saat ini,” ucap Schmidt.
Schmidt menyebutkan, oksidasi yang paling mirip dengan kondisi yang tengah berlangsung saat ini kemungkinan terjadi sekitar 55 juta tahun lalu. Namun, kecepatannya 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan oksidasi laut masa kini.
Saat itu, kata Schmidt, spesies merespons kenaikan suhu, oksidasi, perubahan asupan nutrisi dan kehilangan oksigen. Sebuah proses yang sama yang sekarang kita lihat terjadi di samudera kita.
“Catatan geologis menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada distribusi spesies, perubahan komposisi spesies, perubahan proses pertumbuhan dan pengapuran, serta dalam beberapa kasus, kepunahan,” ucap Schmidt.
Kecepatan oksidasi yang kita alami saat ini tidak pernah terjadi dalam sejarah planet Bumi. Mendorong sebagian besar ekosistem ke kondisi yang belum pernah diketahui. Dalam proses kimia, oksidasi merupakan perubahan kimia dengan suatu atom atau partikel sehingga kehilangan elektron atau bertambahan oksidasinya.
Claudine Hauri, ahli kelautan dari University of Alaska Fairbanks juga menyatakan hal serupa. “Air yang bergerak pasang surut di pesisir pantai Monterey Bay, dekat tempat kita menggelar konferensi saat ini sangat mudah terkena efek oksidasi samudera. Kandungan kimiawi perairan ini berubah dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga organisme kini mengalami kondisi yang sangat berbeda dengan yang pernah mereka alami di masa lalu. Dan dalam sekitar 20 sampai 30 tahun ke depan, struktur kimiawinya juga akan berbeda dengan yang ada saat ini,” ucapnya.
Studi yang dilakukan oleh Schmidt dan rekan-rekannya terkait catatan geologis dari oksidasi samudra ini sendiri telah dipublikasikan di jurnal Science, Maret 2012 lalu.