Pupuk Pintar, Solusi untuk Ancaman Kekeringan Dunia

By , Jumat, 5 Oktober 2012 | 22:17 WIB

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil menciptakan pupuk pintar yang dapat membuat panen berlimpah. Pupuk tersebut diharapkan dapat membantu petani di masa kekeringan.

Pupuk yang dihasilkan BPPT adalah pupuk slow release fertilizer (SRF). Seperti dijelaskan Nadirah, Direktur Pusat Teknologi Industri Proses, pupuk SRF merupakan jenis pupuk yang mampu mengendalikan kecepatan pelepasan unsur-unsur hara yang mudah larut dan menguap.

Saat ini, BPPT masih melakukan pengembangan dan pengujian implementasi. Menurut Nadirah, idealnya komposisi tanah diuji lebih dulu sebelum implementasi. "Karena setiap daerah memiliki karakteristik tanah yang berbeda," katanya seperti tertera pada siaran pers BPPT.

Pupuk SRF ini merupakan solusi BPPT untuk masalah kekeringan yang melanda beberapa wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis United Nation Environment Program, ancaraman kekeringan akan semakin besar di masa depan.

Pada 2030, air di dunia akan defisit 40 persen dibandingkan dengan seluruh kebutuhan. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan air, yakni sekitar 70 persen.

BPPT mengharapkan kerja sama dari berbagai pihak untuk memproduksi pupuk ini secara massal. "Kabupaten-kabupaten bisa memproduksi pupuk ini dengan bekerja sama dengan BPPT. Ke depannya, proyek ini dapat diambil alih Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian," tegas Nadirah.

Cara Kerja Pupuk

Kepala Bidang Teknik Industri Kimia Hens Saputera menjelaskan, pupuk SRF menggunakan teknologi matriks, yakni zeolit berbahan alam. "Kandungan silica alumina di pupuk dapat menyerap dan melepaskan kembali unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman," jelasnya. Pupuk dimasukkan ke dalam zeolit yang memiliki pori-pori pada dindingnya.

Zeolit juga dianggap membantu meningkatkan kesuburan tanah karena memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi. "Tanah yang memiliki kapasitas tukar kation tinggi merupakan salah satu indikasi bahwa tanah tersebut subur," Hans menjelaskan.

Dengan teknologi ini, efisiensi penyerapan pupuk oleh tanaman meningkat menjadi 65 hingga 70 persen. "Terjadi peningkatan efisiensi sebesar 25 hingga 30 persen dibandingkan pupuk kimia konvensional," jelas Hens.

Selain itu, dengan pupuk SRF, pemupukan cukup dilakukan sekali dalam satu musim tanam. "Bandingkan dengan urea prill diberikan dua hingga tiga kali sekali musim tanam," tambahnya.