Demi Cegah Konflik, Gajah Dipelajari per Individu

By , Rabu, 10 Oktober 2012 | 22:23 WIB

Saat ini, para peneliti di India meneliti tingkah laku gajah pada setiap individu, bukan pada tingkat populasi. Tujuan para peneliti adalah untuk membuat prediksi tingkah laku yang lebih baik.

"Ini penting untuk mengetahui gajah lebih dekat ketimbang dulu," kata Nishant Srinivasaiah dari Tata Institute of Fundamental Research yang memimpin studi. Pada hasil penelitian, para peneliti mengatakan bahwa dengan mengetahui gajah secara individu, rencana konservasi yang lebih realistis dapat diciptakan.

Di India, khususnya di sekitar Bangalore, termasuk Taman Nasional Bannerghatta, konflik manusia dengan gajah adalah masalah yang tak asing karena taman itu dikelilingi oleh tempat aktivitas manusia. Di banyak tempat, manusia melahap habitat gajah dan menghalangi gajah dari sumber daya yang mereka butuhkan untuk hidup.

Meskipun upaya pencegahan sudah dilakukan, konflik tetap tidak terhindarkan. Sejak 1997, rata-rata dua orang terbunuh dan dua orang cedera akibat konflik dengan gajah liar. Di sisi lain, rata-rata dua gajah terbunuh.

Saat penelitian, Nishant dan timnya menghabiskan waktu lebih dari 600 jam untuk meneliti 60 ekor gajah, baik dalam kawanan, sekelompok jantan, atau pengasingan. Tingkah laku yang dipelajari termasuk makan, istirahat, pergerakan, mandi dan minum, serta interaksi sosial.

"Gajah itu mirip kita. Setiap ekor punya kepribadian, punya ikatan sosial yang kuat, dan di beberapa tahap kehidupan, tumbuh seperti kita," jelas Nishant yang sudah makan asam dan garam di dunia penelitian gajah.

Penelitian Nishant menyimpulkan bahwa gajah menyukai daerah yang kaya sumber daya dan mampu menyediakan perlindungan. Gajah berusaha menghindari area yang sudah dijamah manusia. Ketika merasa terancam, gajah akan menghabiskan banyak waktu untuk bergerak dan berkelompok dalam jumlah yang lebih kecil.

Beberapa aktivitas penting gajah terganggu oleh kehadiran manusia. Nishant memberi contoh perubahan dalam waktu makan. Penelitiannya menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk makan di area bebas manusia 54,08 persen lebih cepat dibandingkan di area manusia. Waktu yang lebih lama untuk makan di area manusia disebabkan oleh rasa waswas gajah sehingga mereka harus sering-sering berhenti dari aktivitas makan untuk bersiaga.

Ketika ada gangguan, tingkah laku gajah jadi lebih sulit diprediksi. Mereka menjadi lebih individual dan lebih sulit dikendalikan. Makanya, penelitian yang dilakukan Nishant diharapkan menjadi langkah awal pencegahan konflik berkelanjutan.

Baca juga: Ikram Gading, investigasi perburuan gading gajah demi kebutuhan religius.