Dua minggu setelah rekor baru dipecahkan di Samudra Arktik terkait lapisan es yang mencapai titik terendah, jumlah lapisan es yang mengelilingi Antartika mencapai titik maksimum tahunan dan malah mencapai rekor tertinggi. Menurut catatan National Snow and Ice Data Center (NSIDC), lapisan es di sana mencapai 19,44 juta kilometer persegi. Rekor sebelumnya adalah 19,39 juta kilometer persegi yang dicatat pada tahun 2006 lalu.
NSIDC mengambil gambar satelit untuk mengetahui luasan maksimal es di Kutub Selatan, setiap September sejak tahun 1979. Sejak awal, banyak fluktuasi cakupan wilayah es dari tahun ke tahun, namun dari tren keseluruhan, diketahui bahwa lapisan es meluas sekitar 0,9 persen per dekade.
Menurut studi terakhir yang dilakukan oleh Claire Parkinson dan Donald Cavalieri, peneliti dari Goddard Space Flight Center, NASA, lapisan es Antartika meningkat sekitar 17.100 kilometer persegi per tahun dari 1979 sampai 2012.
Sebagian besar peningkatan tersebut, terjadi di kawasan Laut Ross dan sebagian lainnya di Laut Weddell dan Samudera India. Namun di waktu yang sama, Laut Bellinghausen dan Amundsen kehilangan lapisan es mereka. “Kuatnya pola penurunan lapisan es di kawasan laut Bellingshausen/Amundsen, Kutub Selatan dan meningkatnya lapisan es di kawasan laut Ross merupakan indikasi perubahan pada sirkulasi atmosfer,” sebut kedua peneliti.
“Tahun 2012 melanjutkan kontras jangka panjang yang terjadi di antara kedua kutub Bumi, dengan penurunan lapisan es di Kutub Utara dan peningkatan lapisan es di Kutub Selatan,” kata Parkinson. “Kedua kutub telah saling mengalami variasi, jadi di kutub yang manapun, tahun depan akan ada perubahan jumlah lapisan es dibanding tahun ini, baik bertambah ataupun menyusut."
Meski demikian, tren jangka panjang sudah terlihat dan tidak berimbang. Yakni jumlah hilangnya es di Kutub Utara jauh lebih pesat dibanding jumlah pertumbuhan lapisan es di Kutub Selatan.
Seperti dilaporkan oleh Roshydromet, sebuah lembaga lingkungan hidup asal Rusia, di Kutub Utara, jumlah wilayah yang tertutup es sudah berkurang 50 persen dari rata-rata. Jumlah es saat ini sekitar dua juta kilometer persegi, di bawah rata-rata dari 1979 sampai 2000. Para peneliti menyatakan bahwa mencairnya Kutub Utara merupakan efek perubahan iklim global terjadi dengan intensitas bervariasi setiap tahunnya.