September 2012 Kembali Jadi Bulan Terpanas

By , Selasa, 16 Oktober 2012 | 06:40 WIB

Menurut data US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), sepanjang September 2012, temperatur rata-rata di seluruh dunia mencapai 60,2 derajat Fahrenheit atau sekitar 15,6 derajat Celsius. Bulan tersebut merupakan ketiga kalinya temperatur rata-rata menyamai rekor sebagai September terpanas. Sejumlah ilmuwan menuding pemanasan global sebagai penyebabnya.

Sebelum ini, suhu yang sama terjadi pada September 2003 dan 2005. Catatan suhu sendiri sudah dipantau sejak tahun 1880 lalu. Lalu, mengapa selalu September?

Menurut Andrew Weaver, pakar iklim dari University of Victoria, Kanada, penyebabnya adalah meredanya musim panas di kawasan belahan bumi utara yang merupakan hasil dari pemanasan global akibat ulah manusia. Secara tidak langsung, ini memicu pendinginan di sejumlah kawasan lain di seluruh dunia.

Data NOAA juga menyebutkan, suhu September lalu juga merupakan ke-16 kalinya temperatur dunia menyamai titik terpanas sejak tahun 2000. Adapun terakhir kali suhu dunia memecahkan rekor terdingin adalah pada Desember 1916, hampir 96 tahun yang lalu. Secara total, bulan September 2012 juga merupakan bulan ke 331 berturut-turut di mana temperatur global berada di atas temperatur rata-rata abad ke 20.

“Tren ini merupakan hasil pemanasan global perbuatan manusia. Apa yang kini terjadi adalah persis seperti yang diperkirakan oleh para pengamat iklim sekitar 20 sampai 30 tahun lalu,” ucap Weaver.

Selama setahun ini, temperatur rata-rata dunia juga lebih hangat dibanding biasanya, meski masih jauh dari titik rekor. Tetapi di saat yang sama, Amerika Serikat justru malah terus mencetak rekor suhu terpanas.

Walaupun suhu rata-rata September mencapai titik rekor, di Amerika Serikat suhu September lalu hanya mencapai posisi ke-23 sebagai September terpanas. Menurut Deke Arndt, ketua tim pemantau iklim NOAA, intensitas panas yang paling terasa terjadi di Amerika Selatan, Jepang, Rusia, Kanada, dan Samudra Atlantik.

Menurut Weaver dan Arndt, ada dua faktor yang menjadi pemicu. Pertama adalah berakhirnya La Nina yang merupakan kebalikan dari El Nino yang cenderung menekan angka temperatur global. Kedua, bulan lalu, Arktik cenderung hangat dan pencairan es di lautan kutub utara memecahkan rekor dan mempengaruhi cuaca di seluruh kawasan belahan bumi utara.

Sayangnya, laporan pemanasan global tersebut dibantah oleh kalangan skeptis yang menunjuk data dari sebuah koran harian di London yang menyatakan bahwa dunia tidak bertambah panas sejak tahun 1997 lalu. Padahal, Weaver dan badan meteorologi Inggris sendiri menyatakan bahwa klaim tersebut tidak benar. “Kami tidak tahu data mana yang mereka lihat. Yang pasti, 2010 merupakan tahun terpanas dan 2005 merupakan tahun terpanas kedua,” ucap Weaver.

Menurut NOAA, dari sepuluh tahun terpanas yang tercatat, seluruhnya terjadi setelah tahun 1997, tahun di mana para kalangan skeptis menyatakan bahwa pemanasan global telah berhenti.