Sekali Lagi, Mengurangi Pencemar Pengubah Iklim

By , Selasa, 16 Oktober 2012 | 18:02 WIB
()

“Mataharinya ada lima! Pukul sembilan pagi seperti tengah hari.” Pesan personal macam ini menjadi umum di status Facebook dan Blackberry messenger sejak awal Oktober 2012.

Walau hujan sudah satu-dua kali turun, gerimis atau deras, sampai pertengahan Oktober, yang semestinya sudah masuk musim hujan belum juga tiba. Ini mungkin salah satu gejala, dampak perubahan iklim paling ringan yang bisa dirasakan masyarakat kota.

Sementara, berita kekeringan yang membuat puso (gagal panen) karena kemarau berkepanjangan datang dari berbagai pelosok Tanah Air. Mengisyaratkan ancaman penurunan kesejahteraan.

Sejak awal Indonesia menyepakati Protokol Kyoto 1992 yang menjadi gambaran tekad negara-negara untuk mempertahankan kelestarian satu Bumi. Tekad awal ini dijabarkan dalam sidang tahunan Conference of the Parties (COP), United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

Ajang pertemuan negoisasi internasional perubahan iklim. Dihadiri pihak PBB, pejabat, LSM, lembaga  internasional dan keuangan dunia, pengendali proyek regional, lembaga keuangan dunia, penanam modal, asosiasi perdagangan karbon, ahli energi dan organisasi antarpemerintah lainnya.

Indonesia dalam hal ini telah membentuk Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) sebagai wakil dan koordinator keikutsertaan dalam sidang tahunan. Di sela sidang ke-18 COP UNFCCC di Doha, Qatar, 26 November - 7 Desember 2012, DNPI menjadwalkan menggelar Indonesia Climate Change Day pada 1-2 Desember.

Selain sebagai langkah mengatasi perubahan iklim, “Indonesia Climate Change Day juga sebagai upaya soft diplomacy Indonesia di dunia internasional," ujar Rachmat Witoelar, Ketua Harian, di Jakarta, Senin (15/10).

Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim ini juga menyatakan, inilah ajang tepat untuk mempromosikan peluang investasi yang terkait dengan pembangunan ekonomi yang rendah emisi karbon. Membantu meningkatkan profil kebijakan dan keunggulan program perubahan iklim di Indonesia. Keikutsertaan berbagai pihak ditawarkan dalam delapan rentang sponsor sponsor pendanaan, dari Rp300 juta hingga Rp3 miliar.

Siswa-siswi SD Kuda Laut dari Jakarta Timur membawakan musik angklung saat jumpa pers Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) mengenai Indonesia Climate Change Day di Jakarta, Senin (15/10). (Christantiowati/NGT).

Pada Indonesia Climate Change Day juga akan digelar pertunjukan budaya dan pameran keragaman boga Indonesia, sebagai bagian diplomasi budaya. Pada acara pemaparan kemarin, misalnya, siswa-siswi SD Kuda Laut dari Jakarta Timur membawakan musik angklung yang menggetarkan hati.

“Dari pengalaman saya, tiap kali saya menampilkan kekayaan kuliner Indonesia lewat blog www.omarniode.org saja misalnya, sambutan rekan-rekan dari berbagai penjuru dunia luar biasa,” ujar Amanda Katili, Koordinator Divisi Komunikasi, Informasi, Pendidikan DNPI, optimis.

Indonesia menargetkan mengurangi emisi karbon 26 persen dari saat ini yang berjumlah setara 2,1 giga ton karbondioksida (CO2) pada 2020. Pada sidang UNFCCC ke-17 di Durban, Afrika Selatan yang dihadiri 12.480 peserta 194 negara, Indonesia mengirim delegasi kedua terbanyak setelah Brasil dengan membawa 200 wakil dari 20 badan pemerintah, 11 organisasi dan enam perusahaan.